Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Nyamuk di Pipimu adalah Masalah, Bukankah Menampar Diri adalah Cara Mengusirnya?

26 Oktober 2020   18:52 Diperbarui: 26 Oktober 2020   18:58 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Praakkkkk..."

Bunyi tamparan yang cukup keras mengagetkan saya yang sedang berada dalam 'mode' hening. Lamunan tentang beberapa masalah yang sedang dihadapi dibuyarkan oleh teman saya yang menampar dirinya sendiri. Hal itu dilakukannya demi mengusir nyamuk yang hinggap di pipinya. Setelah menampar diri, teman saya langsung buru-buru memperhatikan tangannya. Sayangnya, nyamuk tadi keburu kabur dari serangannya.

"Terkadang, nyamuk itu seperti masalah. Ketika ia datang dan hinggap di pipi, kita perlu menampar diri untuk mengusirnya." Ungkapan yang sok filosofis tersebut lalu membuat saya tersadar dan mulai merenungi beberapa hal, ketika saya kembali dalam lamunan.

Pertama, saya teringat mengapa beberapa hari ini ruangan yang kami tempati mulai dipenuhi banyak nyamuk. Ada beberapa hal yang mempengaruhinya, seperti cuaca yang mulai hujan, hingga lingkungan yang tidak benar-benar kami jaga untuk tetap bersih.

Hujan yang muncul memang tak bisa kita kontrol, sedangkan lingkungan yang bersih harusnya bisa kita pastikan. Contohnya seperti membersihkan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah, menguras, membersihkan, dan menutup penampungan air, dan upaya 3Mplus yang lain.

Kedua, kebanyakan respon yang saya dan teman saya lakukan ketika nyamuk-nyamuk tersebut datang adalah marah dan memaki-maki nyamuk itu. Memang lucu, bukan? Tapi bukankah kebanyakan kita lebih sering melakukan itu?

Saat kita memaki nyamyuk-nyamuk itu, mereka sama sekali tak akan pergi. Malahan, serangan mereka terasa semakin menjadi. Dengan kata lain, kemarahan pada nyamuk tak bisa merubah apa-apa.

Setelah teringat akan hal itu, saya lalu merenung: "Ia juga yahhh. Dalam setiap masalah yang datang, tentunya ada hal-hal yang bisa saya kontrol dan ada pula yang tidak."

Dibandingkan pusing dan cemas dengan apa yang tak bisa diatur, harusnya saya menggunakan waktu saya untuk melakukan yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Dibandingkan marah pada situasi, kondisi, atau orang lain, lebih baik saya menggunakan energi yang ada untuk megnatasi masalah dengan cara-cara yang bisa saya buat.

Serangan nyamuk di pipi yang membuat kita menampar diri sendiri dapat berarti melakukan evaluasi diri. Memang tidak juga dapat selalu diartikan seperti demikian. Tapi, ketika masalah datang menerpa, coba pikirkan bahwa bisa saja penyebab masalah tersebut adalah kesalahan kita sendiri. Lalu, pikirkan cara mengatasi masalah itu. Selanjutnya, lakukan saja apa yang bisa dilakukan, bukannya menyalahkan situasi.

Seperti serangan para nyamuk yang membuat kita sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, serangan masalah juga bisa menyadarkan kita untuk menjaga perilaku dan tindakan kita. Tak apa sesekali menampar pipi sendiri, lalu sadar dan menjadi pribadi yang lebih baik. Karena, jika nyamuk di pipimu adalah masalah, bukankah menampar diri adalah cara mengusirnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun