Gunung Anak Krakatau dikabarkan meletus. Gunung berapi yang terletak di Lampung ini mengalami erupsi pada Jumat (10/4) malam. Selain Anak Krakatau, terdapat belasan gunung lainnya yang sedang berada dalam status siaga dan waspada.
Banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung berapi. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah kesehatan dari masyarakat di sekitar gunung berapi. Inilah efek letusan gunung berapi bagi kesehatan masyarakat. Pemahami ini penting dimiliki agar langkah pencegahan terhadap masalah kesehatan dapat dilakukan secara tepat.
Letusan gunung berapi terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang terdorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma tersebut lalu keluar dari dalam perut bumi.
Hasil Letusan Gunung Berapi
Saat gunung berapi meletus, terdapat beberapa komponen yang akan dihasilkan. Komponen tersebut antara lain gas vulkanik, lava dan lahar, hujan abu, serta awan panas.
Gas vulkanik yang dikeluarkan dari letusan gunung terdiri dari Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen sulfida (H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen (NO2). Gas-gas tersebut sangat membahayakan kesehatan dari orang yang terpapar.
Lava adalah cairan magma yang keluar dari mulut bumi. Sedangkan, lahar adalah campuran dari lava dan air. Komponen ini memiliki suhu yang sangat panas sehingga berbahaya bagi penduduk.
Komponen yang juga tak kalah berbahayanya adalah awan panas. Awan panas adalah hasil letusan yang bergulung sehingga berbentuk seperti awan. Suhu dari hasil letusan ini bisa mencapai lebih dari 600 derajat Celsius.
Komponen berikut yang keluar dari letusan gunung berapi adalah hujan abu. Hujan abu adalah material sangat kecil yang tersembur ke udara saat erupsi terjadi. Abu ini bahkan bisa tertiup angin hingga ratusan kilometer dari sumber erupsi.
Masalah Kesehatan yang Ditimbulkan
Terdapat beberapa masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung berapi. Masalah kesehatan yang pertama adalah gangguan pernapasan. Gangguan pernapasan yang terjadi antara lain iritasi tenggorokan, gejala bronkitis, asma, asfiksia, serta penyakit pernapasan lainnya. Gangguan ini disebabkan oleh gas dan abu yang terhirup oleh orang-orang di sekitar gunung berapi.
Warga yang terpapar gas dan abu vulkanik tidak hanya mengalami masalah pernapasan, tapi juga penglihatan. Gangguan yang dapat dirasakan seperti mata menjadi merah dan gatal, terjadi lecet atau goresan pada kornea, hingga kojungtivitis atau infeksi akut.
Dampak berikut yang dapat ditumbulkan adalah luka bakar pada kulit. Luka bakar disebabkan oleh suhu tinggi dari awan panas, lava, dan lahar. Tak hanya luka bakar, orang yang terpapar hasil letusan gunung bisa mati lemas.
Upaya Pencegahan
Masyarakat perlu melakukan upaya pencegahan terhadap masalah kesehatan saat terjadi letusan gunung. Upaya pencegahan yang paling aman adalah mengungsi untuk sementara waktu. Pengungsian sangat dianjurkan khusus bagi masyarakat yang memiliki masalah pernapasan. Pengungsian juga harus dilakukan oleh semua orang saat kondisi letusan sangat besar. Hal ini sangat berguna untuk mencegah terjadinya paparan terhadap hasil letusan tersebut.
Langkah lain yang dapat diambli adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk melindungi diri dari paparan komponen letusan. APD yang direkomendasikan terdiri dari pakaian pelindung, kaca mata, serta masker.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sering membasahi abu yang berada di sekitar rumah. Tujuannya adalah mengurangi partikel abu di udara yang mengendap agar tak terhirup oleh saluran pernapasan.
Letusan gunung berapi bisa mendatangkan berbagai masalah serius bagi kesehatan manusia. Jadi, semua warga di sekitar gunung yang aktif wajib menjaga kewaspadaan. Langkah pencegahan yang dilakukan sangat diperlukan agar masyarakat tidak mengalami masalah kesehatan yang merugikan dirinya dan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H