Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Lilin Tua Bijak

12 Januari 2020   23:43 Diperbarui: 14 Januari 2020   20:27 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cahaya lilin. (sumber: pixabay.com/Céline Martin)

Kemarin, aku bertemu dengan seorang lilin tua bijak. Umurnya kira-kira kurang 2 tahun dari usia ayah. Dia senang berbagi cahaya di tempat yang dinilai tak layak. Sementara setengah tubuhnya telah habis meleleh.

Rasa sedikit iri muncul padanya karena akupun ingin jadi lilin yang hebat. Tapi melihat warna api saja tubuh ini sudah gemetar. Terkadang aku juga takut jika iklhasku akan datang terlambat. Sepertinya aku telah lama memilih jadi redup dibandingkan sinar.

"Panaskah?" kutanyai si lilin tua begitu. Anggukan kecil ia berikan lalu ditambah senyuman besar. Katanya ia sangat menikmati panas itu. Tak ada yang perlu ditakutkan dari lelehan.

Toh hanya dua kemungkinan jalan hidup seorang lilin. Habis terbakar dengan kebanggaan atau habis dibuang karena tak terbakar.

Kupang, 12 Januari 2019
HAD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun