Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam

6 Januari 2020   01:22 Diperbarui: 6 Januari 2020   01:27 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock.com

Nyanyian angin di seberang membuat segala gundah jadi tenang. Sementara itu, aku masih terjaga bersama malam. Kita sedang berbincang serius tentang pagi yang belakangan terlihat sombong. Beberapa hari ini tak ada senyum yang ia beri padaku.

Malam tak pernah marah meski curhatanku padanya hanya berisi tentang kegugupanku bertemu pagi. Aku tahu, ia merasa cemburu karena perhatianku yang berat sebelah. Tapi dia tak pernah lelah mendengar keluh saat subuh mengacuhkanku. Begitupun saat siang dan sore menganiayaku kemarin dulu.

Kita telah lama saling tahu. Tapi sepertinya tak pernah sekalipun ku dengar apa keluhannya. Seratus persen penyebabnya adalah keegoisanku yang hanya menuntut didengar, tapi tak pernah memberi telinga. Jadi, mungkin sudah saatnya kutanyai dia bagaimana susahnya jadi malam.

Kupang, 6 Januari 2020

HAD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun