"Rokoknya, bang?" begitulah kira-kira kalimat yang ditawarkan seorang perokok jika bertemu orang lain atau sesama perokok. Yang saya ketahui, hal tersebut menunjukkan sopan santun dan tanda kearamahan dari si perokok tersebut. Bagi perokok, tawaran tersebut pastinya akan segera diterima, namun sebaliknya akan ditolak dengan sopan oleh non-perokok.
Berbicara mengenai rokok, Indonesia merupakan negara peringkat pertama yang jumlah perokok aktifnya di wilayah ASEAN lebih dari 90 juta jiwa. Jumlah yang sangat banyak bukan?
Banyak alasan seseorang mulai menjadi seorang perokok. Kebanyakan yang terjadi adalah rasa ingin tahu atau coba-coba, ingin terlihat cool dan sebagai media pergaulan atau memperakrab diri dengan orang lain.
Jenis-jenis rokokpun beragam. Jika dilihat dari bahan pembungkus, terdapat cerutu, sigeret dan lain sebagainya. Jika dilihat dari bahan baku atau isi, terdapat jenis rokok putih, kretek dan klembak. Selain jenis-jenis tersebut, masih banyak jenis lainnya lagi, tak terkecuali jenis rokok yang sekarang sedang nge-trend yakni rokok elektrik atau yang biasanya disebut dengan vapor atau vape.
Vape merupakan jenis rokok elektrik yang tidak menggunakan tembakau, melainkan cairan kimia yang mengandung nikotin dan bahan kimia lainnya. Vape tersusun atas tiga komponen utama yakni battery, ruang penguapan dan cartridge. Dengan bentuk yang lebih kekinian dibanding rokok kenvensional, banyak orang yang mulai berminat menggunakannya.
Di sisi lain, banyak yang menilai bahwa vape lebih aman dari rokok. Hal ini juga sering dijadikan alasan bahwa dengan berpindah pada konsumsi vape, seseorang akan berhenti merokok. Namun apakah hal itu benar? Apakah vape memang lebih aman dari rokok?
Jawabannya adalah belum tentu. Hingga sekarang, hal ini masih menjadi perdebatan oleh berbagai pihak. Ada yang meng-klaim bahwa berdasarkan hasil penelitian, vape tidak memiliki risiko sebesar rokok. Tapi di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa vape justru lebih berbahaya dari pada rokok.
Terlepas dari perdebatan yang ada, jika dilihat dari bahan atau zat yang terkandung dalam kedua benda tersebut, maka dipastikan bahwa keduanya tetap saja memiliki efek negatif bagi kesehatan. Efek tersebut dapat berupa efek jangka pendek dan jangka panjang.
Seperti yang diketahui, dalam rokok terkandung berbagai kandungan yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam rokok terkandung zat asetaldehida yang juga banyak digunakan sebagai bahan pembuat lem.
Zat ini dapat menyebabkan penyakit kanker. Selanjutnya ada juga aseton yang dapat menyebabkan gangguan pada hati dan ginjal jika terpapar dalam jangka waktu yang panjang. Zat yang tak kalah berbahaya juga adalah arsenic yang biasa digunakan dalam racun tikus.
Selain itu, ada juga 3 zat yang tak asing lagi di telinga masyarakat seperti nikotin, TAR dan karbon monoksida. Nikotin adalah zat yang membuat seseorang merasa candu terhadap rokok dan tidak bisa berhenti karena zat ini mempengaruhi otak sang pengonsumsi. Zat ini sering ditemukan di insektisida dan sangat berbahaya bagi ibu dan janin.