"Nah gitu dong. Dengan begini, pasti kamu akan makin subur dan berbuah banyak." Ucapnya kepada pohon anggur sembari hendak masuk kembali ke dalam rumah.
Saat sedang berjalan membelakangi pohon anggur tersebut, tiba-tiba Kiko mendengar suara seperti seseorang sedang berbicara dengan keras padanya.
"Ayolah. Kalau sifat egois dan mudah marahmu tidak dipangkas, kamu tidak akan menjadi pemimpin yang baik, bodoh!" suara seorang pria tua yang tak diketahui asal-usulnya.
Kiko lalu melihat ke segala penjuru untuk memastikan siapa yang sudah berbicara  padanya tersebut. Akan tetapi tak didapati satupun orang di sekitar halaman rumahnya.
"Ini aku, pohon anggur. Akulah yang berbicara padamu. Kamu berkata bahwa dengan memangkas dahanku yang kering, aku akan berbuah dengan baik kan? Apakah kamu sudah memangkas sifat burukmu?" betapa kagetnya Kiko ketika mendegar bahwa pohon anggur tersebutlah yang telah berbicara padanya.
***
Alarm berbunyi. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Dengan kagetnya, mata Kiko lalu terbuka. Ternyata itu hanya mimpi. Mimpi yang aneh. Bahkan, pohon anggurnya sendirilah yang memintanya untuk memangkas sifat buruknya. Ia lalu tersadar bahwa sifat buruk yang ia miliki memang perlu dipangkas, agar ia bisa makin berkembang sebagai seorang pemimpin yang baik.
Waktunya untuk bangun dan bersiap ke kantor. Kiko yang selalu disiplin lalu bersiap dan pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, ia meminta maaf kepada Peter, sahabatnya dan juga kepada sang bawahan, Ino.
Sejak saat itu, Kiko terus belajar untuk memangkas setiap sifat-sifat dan hal negatif yang ada pada dirinya. Kelak, ia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat dan bijak.
-Pertumbuhan yang baik tidak akan terjadi tanpa adanya pemangkasan pada setiap sifat buruk.
Kupang, 18 Mei 2019