Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musuh Terbesar adalah Diri Sendiri

5 Februari 2019   22:58 Diperbarui: 5 Februari 2019   23:07 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinterest.com/srvidya9

Pekerjaanpun selesai. Hari yang sungguh melelahkan. Nano lalu bersiap untuk pulang. Di samping sudah mulai merasa ngantuk, masih ada tugas kuliah yang harus diselesaikannya. Setelah berpamitan dengan teman kerja yang lain, motor kesayanganpun lansung ditancapnya. "Akhirnya, hari ini tekad saya untuk mengontrol emosi dapat terlaksana dengan baik." Bangganya atas pencapaian tekadnya pada sepanjang hari ini.

Jarak antara tempat kerja dan kost-annya memang lumayan jauh. Jalan nampak cukup sepi karena hari memang sudah cukup larut. Tiba-tiba saja, motor dari Nano berhenti dengan sendirinya. Nampaknya, motornya mogok. "Kok bisa sih, ada masalah apa yah? Seingat saya, motor ini sangat jarang mengalami masalah semacam ini." Katanya sambil memandangi motor kesayangannya tersebut.

Matanya menelusuri mesin motor, sampai hampir semua bagian motor diperhatikannya untuk mengecek masalah yang dialami motor ini. Setelah menelusuri hampir semua bagian motor, ia belum juga mengetahui penyebab mogoknya motor tersebut.

Waktu telah menunjukkan pukul 11.30 malam. Segala cara telah ia lakukan. Bahkan keringat telah mengucur dan membasahi semua tubuhnya. Dengan penuh rasa kesal yang bercampur dengan rasa lelah, lalu motor kesayangannya ditendanginya sekuat tenaga. "Dasar motor gak guna!!! Kerjaannya buat tambah susah saja!!!"

Mau tidak mau, motornya didorong secara perlahan menyusuri gelapnya malam. Beberapa saat kemudian ada seorang laki-laki bermotor berhenti di sebelahnya. "Motornya ada masalah apa mas?" tanya orang asing tersebut. "Wah gak tahu juga nih mas, sudah saya cek semua bagian motor, saya kira tidak ada masalah. Tapi saat dinyalakan, motornya gak mau nyala." Jawab Nano pada orang tersebut.

"Mari coba saya cek motornya mas." Kata orang tersebut. "Oh yaaah, boleh mas." Jawabnya meski masih tampak ragu dengan orang tersebut. Orang tersebut lalu mulai memperhatikan sejenak bagian-bagian dari motor tersebut. Setelah diperhatikan sejenak, motor tersebut coba ia nyalakan. Sontak saja orang asing tersebut lalu tersenyum, bahkan menahan tawanya. Dengan terheran-heran, Nano bertanya, "Ada apa mas?"

Orang tersebut lalu menatapnya dengan setengah tawa lalu berkata, "Tadi mas belum mengecek bahan bakarnya yah? Motornya mogok karena bahan bakarnya habis mas." Mendengar hal tersebut, Nano lalu menepok jidatnya sendiri, "Oh iyaahhh, ya ampun. Tadi saat mengecek motor, saya kok bisa lupa memperhatikan bahan bakarnya yahh."

Beruntung, karena lokasinya tidak jauh dari tempat pengisian bahan bakar. Setelah orang itu pergi dengan ucapan terima kasih dari Nano, motor lalu di dorongnya ke tempat pengisian bahan bakar di hadapannya. Bahan bakarnya lansung diisi penuh dan motor kesayangannyapun "hidup kembali".

Sesampai di kost-an, Nano lansung berdoa dan bersyukur untuk segala cerita yang ia alami hari ini. Hari yang melelahkan disertai satu hal konyol. Seperti biasa, doa dan perenungan serta evaluasi diri menjadi satu paket yang selalu ia lakukan.

Ia kembali mengingat bahwa meskipun ia bangga telah berhasil menahan godaan untuk tidak marah terhadap "musuh" yang berasal dari luar dirinya atau orang lain, namun "musuh" terbesar yang ia harus hadapi sebenarnya berasal dari dalam dirinya sendiri, bahkan dari hal-hal sederhana yang tidak terpikirkan.

"Terkadang hal yang membuat kita terantuk dan jatuh bukanlah ketika dihadapkan pada batu besar, namun ketika kita tidak memperhatikan kerikil kecil yang ada dihadapan kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun