"Manusia lahir oleh masalah, hidup dalam masalah dan mati meninggalkan masalah". Kalimat ini pernah diucapkan oleh salah seorang yang saya kenal. Ketika mendengar atau membaca kalimat ini, tentunya ada pihak yang setuju namun ada juga pihak yang tidak setuju, karena merasa bahwa kalimat tersebut terlalu melebih-lebihkan tentang masalah.Â
Secara pribadi saya cukup setuju pada kalimat tersebut, meski memang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang maupun semua kondisi. Masalah memang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Â Hal inilah yang pernah membuat seorang teman berkata, "hanya orang mati saja yang tidak mengalami masalah".Â
Mungkin ini juga yang membuat cukup maraknya kasus bunuh diri yang terjadi. Seolah-olah, jika mati dengan cara bunuh diri, pasti akan terlepas dari segala jenis masalah atau penderitaan. Padahal secara agama, jelas hal tersebut dilarang.
Berbicara mengenai masalah. Seperti yang sudah dikatakan bahwa manusia pasti akan memiliki masalah. Jadi bisa dikatakan bahwa masalah merupakan suatu hal yang cukup normal dialami setiap manusia. Namun yang menyebabkan masalah dapat berdampak negatif dalam kehidupan seseorang adalah caranya dalam merespon masalah tersebut. Â
Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam mersepon suatu masalah. Ada orang yang meresponinya dengan santai, ada yang menjadikannya sebagai motivasi, namun ada juga yang menjadikannya sebagai suatu beban sangat berat yang tidak bisa dipikul lagi.Â
Jika seseorang memiliki respon yang negatif terhadap suatu masalah, tentunya masalah tersebut akan menghasilkan hal yang negatif juga bagi hidupnya. Mulai dari hilangnya motivasi, tidak adanya semangat dalam melakukan aktivitas, mengalami depresi dan mengalami sakit, serta mungkin saja bisa sampai pada tahap ingin bunuh diri.
Khusus untuk depresi, hal ini sepertinya sudah sering kita dengar, lihat, ataupun sering kita alami. Baik dari usia muda sampai pada usia lanjut, depresi sepertinya menjadi suatu momok yang selalu terjadi. Hal inipun tergantung pada kesehatan maupun kekuatan mental seseorang dalam menghadapi suatu masalah.Â
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018, Prevalensi Depresi pada penduduk umur 15 tahun di Indonesia adalah sebesar 6,1 dan yang cukup mengkhawatirkan adalah hanya 9% saja yang mendapatkan penanganan ataupun pengobatan. Tak hanya depresi, Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur 15 tahun di Indonesia juga mengalami peningkatan di semua provinsi di Indonesia, dibanding tahun 2013.Â
Hal ini merupakan suatu hal yang patut diperhatikan, karena mungkin saja, saudara, sahabat, teman, ataupun diri kita sendiri masuk dalam kategori ini. Jika depresi tidak ditangani dengan baik, maka dapat memicu hal-hal negatif lain yang dapat merugikan diri sendiri, maupun orang lain.