Sementara Pemda sendiri pada acara diskusi publik RPJP 2025-2045 masih berdiri di masalah klasik seperti habisnya cadangan batu bara 15 tahun kedepan. Dana Bagi Hasil Batu Bara adalah andalan penerimaan daerah Kab. Barut.Â
Bahkan ada pernyataan untuk tidak memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia ASN, dengan alasan yang kabur.
Anak-anak, yang seharusnya dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang begitu cepat, malah mendapati kenyataan bahwa Rangking Kabupaten Layak Anak (KLA) Kabupaten Barito Utara belum memuaskan.
Dikaitkan dengan Tugas Satpol PP, penegakan dan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) masih banyak yang harus dikerjakan. Padahal salah satu indikator Kabupaten Layak Anak adalah kemampuan dalam melindungi anak dari bahaya asap rokok.
Anak-anak masih ada terpapar asap rokok dari orang tuanya, dari pengunjung tempat umum semisal taman, dari penumpang dan supir travel, dari jamaah tempat ibadah bahkan bisa jadi dari guru yang merokok.
Sementara kita disibukan dengan masalah-masalah dasar seperti kesehatan, gizi buruk, stunting dan minimnya pendidikan, mampukah anak-anak kita bersaing di level global dengan dunia yang semakin ter-distrupsi.
Perubahan dan inovasi terjadi di semua sektor, swasta dan pemerintahan. Pemerintah akan semakin teknokratis dan kurang politis. Kemampuan sumber daya manusia yang menentukan karir dan kemajuan daerah, investasi SDM bukan hanya kepada SDM swasta namun juga ASN.
Buku The Industries Future meng"klaim" bisa membantu kita dan anak-anak menemukan hal-hal baru sehingga anak-anak kita siap menciptakan kesuksesan dan siap berkompetisi di masa depan, semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H