Mohon tunggu...
harry budiyanto
harry budiyanto Mohon Tunggu... -

Pengamat apa saja yang lagi "hot" dan menarik. Belajar menulis untuk mengasah otak dan nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ancaman “People Power”

23 November 2009   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:14 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="320" caption="Monumen People Power"][/caption] Malam ini presiden akan menjelaskan secara komprehensif sikapnya terhadap polemik kasus Bibit-Chandra. Mengamati beberapa fenomena dalam beberapa hari ini, presiden begitu berhati-hati mengambil sikap. Ibarat buah simalakama, apapun yg diputuskan presiden akan sama-sama mengandung potensi people power. Jika SBY memutuskan sesuai rekomendasi Tim 8 (khususnya poin penghentian kasus Bibit-Chandra), maka hal tersebut bisa merupakan celah hukum untuk dipersoalkan. Jika sebaliknya, SBY akan berhadapan dengan opini sebagian besar publik yang menduga adanya rekayasa dalam kasus Bibit-Chandra. Proses hukum di pengadilan berpotensi menambah panas situasi. Eks aktivis ’98 pada demo di KPK hari minggu kemarin, secara tegas menyampaikan “ancaman” kemungkinan terjadinya people power jika presiden tidak mau mengikuti rekomendasi Tim 8. Inilah sikap paling tegas yang disampaikan terhadap kemungkinan terjadinya people power sebagai imbas polemik kasus Bibit-Chandra. Belum ada tanggapan baik secara resmi maupun informal atas sikap tegas eks aktivis '98 ini. Sikap militer juga tidak nampak, karena militer merupakan penentu terakhir berhasil tidaknya people power. Presiden Soeharto dan Presiden Abdurrahman Wahid bisa dilengserkan karena militer berada dalam posisi netral. Fenomena kasus Bibit-Chandra ini boleh dibilang telah menguras habis energi sebagian besar komponen bangsa Indonesia. Selama ini masyarakat bisa dikendalikan dengan manajemen isu (mengalihkan pokok persoalan) melalui kekuatan media massa. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa pemaaf dan mempunyai ingatan pendek. Suatu peristiwa yang hangat dibicarakan masyarakat akan mudah hilang ketika muncul kasus yang lebih hangat. Uniknya, fenomena kasus Bibit-Chandra ini tetap bertahan menjadi headline media massa selama berbulan-bulan dan menjadi perbincangan hangat di semua level, bahkan sampai di warung-warung kopi. Kasus-kasus besar seperti Noordin Moch. Top, kasus aliran sesat, sampai terakhir kasus Film 2012 mencoba ("diarahkan") mengambil alih isu ini, namun sampai detik ini kasus Bibit-Chandra tidak pernah hilang. Bahkan krisis listrik yang menimpa Jabodetabek juga tidak mampu menggusurnya. Nasib hak angket Century Gategagal mengalihkan isu ini. Terakhir tenggelamnya kapal Dumai Express, kemungkinan nasibnya juga tidak beda jauh dengan kasus-kasus di atas alias miskin perhatian dari publik melebihi kasus Bibit-Chandra. Hal ini membuktikan bahwa kasus Bibit-Chandra benar-benar dipelihara suhu panasnya. Media massa ibarat kompor/ oven/ microwave yang mampu tetap menjaga suhu panas kasus Bibit-Chandra. Energi panas secara terus-menerus dengan suhu yang semakin meningkat berpotensi menimbulkan ledakan. Ledakan tersebut bisa berbentuk people power.

Dalam tulisan sebelumnya dengan judul Konspirasi ABC (ABRI-Birokrat-Cukong) dalam Kasus ABC (Antasari-Bibit-Chandra), penulis telah menerangkan tentang kemungkinan ABC menjadi "Grand Master Super" yang mampu menjaga energi panas dari kasus Bibit-Chandra. Pengkerdilan peran militer semakin nyata. Mendagri yang sebelumnya menjadi "jatah“ militer pada era KIB 2 ini beralih ke sipil. Begitu juga dengan Kepala BIN diambilalih polisi. Militer benar-benar masuk kotak. SBY yang diharapkan bisa mengembalikan peran militer pasca kepemimpinan sipil (Habibie, Gus Dur, dan Megawati), ternyata malah meminggirkan peran mereka. Begitu juga dengan peran cukong (pengusaha nakal) yang didukung aparat penegak hukum nakal telah terganggu dengan adanya KPK. Manuver KPK membuat mereka resah. Indonesia yang selama ini dianggap sebagai comfort zone dan sangat mereka nikmati telah berubah menjadi danger zone. Setiap saat usahanya akan berantakan jika berhadapan dengan KPK yang bergerak tanpa pandang bulu. Benarkah mereka yang menjadi kekuatan tersembunyi dalam polemik ini ? Wallahu a’lam Bishshawabi. SBY adalah seorang pemimpin yang cerdik dan mampu membaca situasi di atas. Berbagai persiapan telah dilakukannya untuk mengantisipasi keputusannya yang tidak populis dan ancaman people power. Pergantian (reposisi) kepala staf militer bisa dibaca sebagai indikator kekuatiran SBY terhadap ancaman kekuatan tersembunyi tersebut. Kampanye yang dilakukan komisi III untuk mengimbangi opini publik yang mendukung rekomendasi Tim 8, juga merupakan indikator persiapan SBY menghadapi situasi panas ini. Tidak lupa adanya demo-demo mendukung penerusan proses hukum Bibit-Chandra sampai ke pengadilan. SBY sendiri juga secara implisit juga telah menyatakan sikapnya untuk menolak rekomendasi terkait penghentian kasus Bibit-Chandra. Kemungkinan besar, rekomendasi lain akan dipenuhi SBY, seperti operasi pemberantasan mafia hukum (Anggodo kemungkinan besar segera ditetapkan sebagai tersangka), reposisi beberapa personil kunci di Kejaksaan Agung dan Polri (misal: Susno Duadji akan digeser posisinya), dan seterusnya. Konsep "Win-Win Solution" kemungkinan akan sangat mewarnai keputusan SBY malam nanti. Terakhir SBY, minggu malam, mengumpulkan pimpinan media massa untuk menjelaskan “sikap”nya dalam polemik ini. Belum lagi operasi-operasi intelijen untuk meredam kekuatan-kekuatan mahasiswa dan komponen masyarakat lain yang berpotensi bisa digerakkan. Apakah persiapan/ antisipasi di atas mencukupi untuk meredam ancaman people power? Rakyatlah yang akan menjadi penentunya. Tidak ada satu pun kekuatan yang mampu meredam kekuatan rakyat, kecuali "Tangan Tuhan". Kasus Bibit-Chandra berpotensi menimbulkan letupan terjadinya people power. Proses pengadilan Bibit-Chandra bisa menjadi amunisi yang berbahaya jika Jaksa Penuntut Umum gagal menghadirkan alat bukti yang kuat untuk mempidanakan Bibit-Chandra. Pengadilan juga berpotensi memanaskan situasi jika fakta-fakta yang terungkap di persidangan semakin menunjukkan aroma rekayasa kasus ini. Sebaliknya SBY bisa menjadi sasaran tembak jika berani menghentikan proses hukum baik dari sisi yuridis (adanya celah hukum bahwa SBY melanggar konstitusi) maupun sisi image (SBY dianggap bisa ditekan dengan opini publik dan hal ini bisa membahayakan dalam jangka panjang). Kasus Bibit-Chandra benar-benar merupakan buah simalakama. Publik, yang berpotensi menjadi pihak yang paling dirugikan dalam polemik ini, berharap SBY bisa mengambil keputusan terbaik untuk menghindarkan kemungkinan adanya skenario terburuk berupa terjadinya people power. Publik berharap momen ini benar-benar bisa dijadikan momentum untuk perbaikan bangsa dan negara ke depan. Jayalah Indonesia! Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun