Pada lebaran tahun berapa kamu pertama kali dapat ucapan: "seputih kapas, sebening embun, sejernih air..."?
Konon, ucapan tersebut sudah ada sejak era SMS, di mana kalau ingin minta maaf saja pasti pending terus karena banyaknya orang mengirim pesan.
Mungkin kamu terima saat opor ayam dan ketupat di rumah sudah habis. Padahal si pengirim, barangkali, sudah ucapkan itu ketika ia kekenyangan opor ayam dan ketupat setelah solat ied.
Alih-alih ingin sama-sama memberi maaf, ternyata pesan tersebut sudah kamu dapat dari 5-6 orang pertama. Ia hanya mengganti akhir pesan dengan "Nama dan Kelurganya".
Pesan itu tidak punah. Pesan tersebut terus diproduksi dan direproduksi seiring peningkatan jumlah pengguna gadget. Hanya medium mengirimnya berubah: dari SMS menjadi pesan Wasap.
Ucapan maaf tersebut memang datang lebih cepat. Sialnya: jumlah semakin banyak. Bahkan kamu bisa menerima 11 pesan serupa sejak kamu bangun tidur, sebelum solat ied.
Namun, tidak perlu kesal. Biar saja. Biarpun pesannya sama, tapi intensinya tetaplah yha samalah~ Lha wong isinya sama!
Bukan itu maksudnya. Ketulusan orang mengucapkan lebaran dan memohon maaf kepada kita mesti kita hargai. Biasanya orang-orang tersebut tergolong atas 2 hal: malas dan tidak kreatif.
Kini saatnya balas mereka dengan karya! Balas putihnya kapas dengan hitamnya langit malam. Balas beningnya embun dengan keruhnya air kobokan.
Selamat! Inilah ucapan balasan pesan yang bisa kamu gunakan untuk mereka yang masih mengucapkan lebaran dengan "seputih kapas, sebening embun..."