Mohon tunggu...
harry ernan
harry ernan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Sometimes you win, sometimes you learn.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tumpukan Rongsokan Ilmu Pengetahuan

25 Desember 2018   02:37 Diperbarui: 25 Desember 2018   02:44 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pexels.com

Terkadang, terpikirkan oleh saya, seorang mahasiswa lucu-lucuan dari salah satu Universitas yang berada di Bandung, lebih tepatnya Cimahi. Kemudian muncul pertanyaan di dalam pikiran saya: "mengapa membaca terasa kurang diminati?".

Di waktu senggang, saya suka membaca dan mencari-cari artikel yang selalu dipertanyakan di kepala saya, sebagai contoh: "tingkat literasi Indonesia". 

Dari berbagai macam artikel yang saya temukan dapat diambil beberapa fakta yang sama, antara lain: tingkat baca Indonesia sangat rendah, berada pada urutan ke 60 dari 61 negara. Kemudian hanya 1 orang yang minat dan rajin membaca dari 1000 orang Indonesia (Unesco).

Bukan lebay, meskipun saya sebagai mahasiswa lucu-lucuan tapi saya merasa sedih terhadap diri saya sendiri khususnya, dan umumnya terhadap saudara-saudara saya se-tanah air melihat fakta-fakta menyedihkan seperti itu, apakah kita ingin termasuk ke dalam 1000 orang yang tidak minat baca? melihat fakta-fakta yang bertebaran di google, mengapa negara maritim terbesar di dunia sekelas Indonesia, bisa dibilang acuh terhadap budaya membaca.

Padahal tokoh-tokoh besar dunia pun sangat gemar membaca seperti Thomas Alva Edison, Abraham Lincoln, Bill Gates, Mark Zuckerberg, Warren Buffet. Atau tokoh besar nasional seperti, Ir. soekarno, Tan Malaka, Ki Hajar Dewantara dan masih banyak lagi.

Dengan membaca, kita bisa kaya akan perspektif terhadap suatu permasalahan atau isu yang ada. Dengan membaca buku sejarah misalnya, belajar sejarah bertujuan untuk melonggarkan cekikan masa lalu. Gerakan-gerakan dalam usaha mengubah dunia sering dimulai dengan mempelajari ulang tentang sejarah. Inilah mengapa kaum Marxis menceritakan sejarah kapitalisme, mengapa kaum Feminis mempelajari terbentuknya masyarakat patriarkal.

Atau,  "World war I" terjadi tahun 1914-1918 yang melibatkan seluruh kekuatan imperium raksasa di Eropa. "World war II" terjadi tahun 1939-1945 yang melibatkan banyak negara di dunia. Hingga akhirnya kita belajar dari peristiwa sejarah kelam masa lalu, agar sejarah kelam tidak tercipta di masa yang akan datang.

Dengan membaca kita bisa bertanya-tanya terhadap suatu hal, misalnya: "kelaparan, perang, dan wabah?". Selama ribuan tahun pertanyaan ini tak berubah, tiga masalah ini menyibukkan pikiran orang China abad ke-20, orang India abad pertengahan dan Mesir Kuno. 

Generasi ke generasi manusia sudah menemukan tak terhitung alat, institusi, dan sistem sosial. Tapi mereka terus mati dalam jumlah jutaan akibat kelaparan, wabah dan perang. Apa sampai akhir dunia pun kita tidak akan terbebas dari tiga pertanyaan itu?.

Dengan membaca, kita banyak tahu tentang pengetahuan-pengetahuan yang tersebar di seluruh dunia, tanpa perlu kita menghabiskan materi dan tenaga kita untuk bisa pergi ke suatu negara tersebut agar dapat mencari pengetahuan tersebut.

Di abad modern seperti sekarang ini, khususnya di kalangan mahasiswa, rasanya membaca buku seperti sebuah bunga layu yang ditinggalkan, yang seolah-olah tak lagi berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun