Di suatu malam di desa kecil di pinggir hutan, muncullah cahaya kuning berkedip-kedip mencuat dari ujung rerumputan. Di pinggir kolam cahaya-cahaya itu beterbangan. Di persawahan seolah-olah seperti bintang-bintang bertaburan. Dari perkuburan seakan-akan kuku orang mati menyeruak dari nisan berkelap-kelip. Tapi apakah cahaya-cahaya kecil itu? Apakah benar mereka adalah kuku-kuku orang yang sudah mati?
Cahaya-cahaya itu berasal dari hewan kecil yang kita kenal sebagai kunang-kunang. Kunang-kunang merupakan kelompok serangga yang berada dalam ordo coleoptera (kumbang-kumbangan) dalam family lampirydae. Kunang-kunang dapat ditemukan di semua benua di dunia kecuali di Antartika. Dalam bahasa Inggris kunang-kunang  disebut  dengan istilah Firefly atau Lightning bug atau Glowworms. Tapi sebenarnya mereka bukanlah lalat (fly), ataupun cacing (worm). Kunang-kunang umumnya adalah serangga karnivora, tetapi beberapa spesies kuang-kunang juga dilaporkan dapat memakan tumbuhan. Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2.000 spesies kunang-kunang.
Banyak mitos berkembang di masyarakat  mengenai kunang-kunang. Kunang-kunang sering diidentikkan dengan kukunya orang yang sudah mati. Kunang-kunang juga dipandang sebagai binatang yang menakutkan. Di masayarakat pun beredar rumor, jika melihat kunang-kunang, maka tangan ditaruh di telinga agar kunang-kunang tidak masuk ke telinga dan menyebabkan kematian. Namun, sebenarnya kunang-kunang adalah hewan yang sangat menakjubkan. Ia dapat menerangi malam kita, membawa rasa takjub dan misteri dalam perasaan kita saat kita melihatnya. Di luar negri, keindahan mereka dinikmati dan dicari-cari oleh para penikmat keindahan.
Sayangnya, pada saat ini kunang-kunang sangat sulit ditemukan, seakan-akan mereka menghilang dari berbagai belahan dunia ini. Banyak diantara orang-orang saat ini yang hanya pernah mendengar namanya saja, tetapi tidak pernah melihat kunang-kunang secara langsung. Mengapa mereka sangat sulit ditemukan saat ini? Kemanakah mereka menghilang?
Penyebab utama meghilangnya kunang-kunang adalah perubahan dan kerusakan habitat. Kunang-kunang merupakan serangga yang sangat peka dengan perubahan lingkungan sehingga kunang-kunang merupakan salah satu bioindikator terhadap lingkungan yang bersih dan belum menngalami kerusakan. Kunang-kunang hanya bisa hidup dikawasan yang lembap dan berada dekat dengan sumber air, sehingga keberadaan kunang-kunang dapat menunjukkan keberadaan sumber air di dekatnya.
Perubahan dan kerusakan habitat kunang-kunang merupakan ancaman terbesar yang dihadapi serangga ini. Tidak hanya bagi kunang-kunang saja, kerusakan habitat merupakan ancaman bagi seluruh makhluk hidup di bumi. Â Sebagian besar kerusakan habitat ini disebabkan oleh ulah tangan manusia. Pembangunan pemukiman, alihfungsi lahan, polusi air merupakan beberapa contoh kerusakan lingkungan yang paling mengancam keberadaan kunang-kunang.
Penyebab selanjutnya yaitu adanya polusi cahaya. Polusi cahaya memiliki peran sebagai faktor utama musnahnya kunang-kunang di seluruh dunia. Kunang-kunang jantan dan betina menggunakan pendaran cahaya untuk berkomunikasi satu sama lain. Pendaran cahaya ini memiliki pola pendaran tertentu untuk menarik pasangan, ataupun memperingatkan kunang-kunang lain akan bahaya yang mengancam.Â
Polusi cahaya dapat mengganggu pola pendaran kunang-kunang. Para ilmuan telah mengamati bahwa pola pendaran cahaya kunang-kunang menjadi tidak selaras setelah melihat pendaran cahaya lain yang dihasilkan manusia. Cahaya kendaraan, lampu rumah, lampu jalan, bahkan kembang api dapat membuat kunang-kunang kebingungan. Alhasil perilaku kunang-kunang akan berubah dan keberhasilan mereka menemukan pasangan dan menghasilkan keturunan akan menurun dan berakibat menurunnya populasi kunang-kunang.
Penggunaan pestisida di lahan pertanian juga merupakan ancaman terbesar bagi kebanyakan serangga di dunia, termasuk bagi kunang-kunang. Jenis pestisida yang paling berpengaruh terhadap kunang-kunang adalah Insektisida karena insektisida memang dirancang untuk membunuh serangga termasuk kelompok kumbang-kumbangan seperti kunang-kunang. Selain berakibat secara langsung kepada kunang-kunang, penggunaan pestisida juga menyebabkan penurunan populasi mangsa yang sangat disukai kunang-kunang seperti serangga lain, cacing tanah, atau bekicot.
Perubahan iklim juga mengambil memberikan dampak pada keberadaan kunang-kunang. Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan kondisi dan faktor lingkungan di sekitar tempat tinggal kunang-kunang. Perubahan iklim dapat mempengaruhi kunang-kunang secara langsung seperti hilangnya habitat karena naiknya permukaan air, suhu udara berubah menyebabkan siklus hidup kunang-kunang menjadi kacau, atau seringnya terjadi badai petir yang dapat mengusir kunang-kunang. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kunang-kunang secara tidak langsung dengan mempengaruhi kehidupan dari mangsa kunang-kunang.
Spesies asing dari tempat yang jauh seringkali menjadi solusi bagi permasalahan hama pertanian bagi manusia. Beberapa jenis jamur atau hewan-hewan dari tempat yang jauh dapat membasmi hama pertanian yang merugikan. Tetapi, membawa spesies luar ke habitat baru haruslah dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Karena kadangkala, spesies asing tersebut dapat merusak tatanan kehidupan makhluk hidup di habitat baru mereka.Â