Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Peluklah Aku

25 Agustus 2019   20:47 Diperbarui: 25 Agustus 2019   21:36 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu ini telah berubah
Siang yang semakin panas
Dan malam yang semakin dingin
Katakan, wahai bumi pertiwi
Masihkah kau memeluk ku?

Peluk lah aku lebih mesra lagi
Agar aku bisa merasakan hangat nya mentari mu
Dan lembut nya tanah mu
Betapa aku ingin merasakan hangat nya bumi pertiwi
Dan membalas pelukan nya

Di tengah air tenang yang menipu
Di antara gelombang yang menyapu segala nya
Bumiputera perlahan melupakan mu
Bumiputera telah buta, dan kehilangan tongkat nya
Bumiputera telah mengkhanati mu

Aku selalu ingin berdiri untuk mu, walau sendiri
Tetapi aku tetap bersama mu
Aku telah muak dengan segala kemunafikan
Aku lelah melihat mereka yang mengadu tanduk
Aku hanya ingin tempat untuk kembali

Hai Bumi Pertiwi
Masihkah kau disini?
Aku disini, menatap mu yang tengah sekarat
Tanpa bisa mengangkat mu dengan tubuh ku yang lemah ini
Masa depan ku adalah masa depan mu
Sampai kapan pun itu, jangan pernah lepaskan pelukan mu
Wahai bumi pertiwi.

Puisi karya Harry Wijaya
2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun