Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tanah Air

25 Agustus 2019   18:55 Diperbarui: 25 Agustus 2019   20:49 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak bisa kita lupa
Kecuali yang melupakan
Tak bisa kita tahu
Kalau tak mencari tahu
Tak bisa dan tak akan pernah bisa kita sadar
Kalau tak pernah menyadari

Apa yang jadi mahkota?
Apa yang jadi harta?
Tanah dan air memeluk kita
Kita merasakan
Tanpa membalas pelukan
Yang ada hanya keinginan
Menggapai angan-angan

Tanah dan air rindu
Tentang kita yang bersatu padu
Dan kita yang bahu-membahu
Yang kini diam membisu
Yang kini terasa jemu
Semua telah lenyap bagai abu
Menjadi kita yang baru

Tanah dan air
Masa lalu telah melukiskan nya
Dengan darah dan air mata
Dengan teriakan semangat yang mengguncang semesta
Tentang harga dan harta
Tentang jalan yang yang di depan mata

Tanah dan air telah muntah
Mendengar teriakan semangat kita
Melihat kosong nya jiwa kita
Kosong nya kepala kita
Kini darah dan air mata hanya nama sebuah jalan
Dan teriakan penuh semangat tak lebih dari perayaan
Yang kemudian kita lukiskan
Dengan satu kolam air jernih sebagai bahan

Puisi Karya Harry Wijaya
2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun