“Itu terserahmu saja, Rien. Aku tidak akan memaksakan kehendak.” jawab lelaki beruban itu pasrah.
“Bisa saja kan, aku terima uangnya, tapi aku tidak memilihnya ?” selidik Rien.
“Waduh,” Agyas nampak terperanjat.
“Kok waduh ?”
“Masa kamu tega tidak membantu Bapak,” jawab lelaki dekil itu.
“Maksudnya bagaimana, Yas ?”
“Bapak itu orang baik. Perhatian sama warganya.”
Rien menatap lurus ke lelaki berwajah oval di hadapannya. Hujan sudah mulai lama meninggalkan malam. Perbincangan semakin memanas, ada perbedaan cara pandang kedua sahabat ini.
“Bapak itu yang mana ya ?”
Agyas mengeluarkan foto dari kantung plastik. Rien terdiam. Pemimpin yang tidak mau turun ke jalan, firasatnya mengatakan itu.
“Maksudku, Bapaknya itu di mana sekarang, Yas ?”