“Jadi ?”
Agyas tersenyum. Sifat sahabatnya ini masih sama seperti dua puluh tahun lalu, begitu polos. Mungkin ini pula yang membuat wanita berhidung mancung ini nampak awet muda.
“Ini kan sudah waktunya memilih, Rien. Bapak memintaku untuk memperkenalkan dirinya ke warga”
Rien manggut-manggut.
“Sogokan ?” tanya wanita bertubuh langsing itu kemudian.
“Bukan itu, Rien.”
“Aku tidak mengerti maksudmu,” lanjut wanita berambut panjang itu.
“Ini sebagai tanda jadi perkenalan. Bukan sogokan loh,” jelas Agyas
Rien terdiam. Hatinya sungguh meragukan itu.
“Syarat perkenalannya mudah kok. Kami hanya mencatat namamu di daftar ini”
“Bagaimana kalau aku menolaknya ?”, tiba-tiba hatinya merasa tidak nyaman. Semudah itukah Agyas menghalalkan segala cara demi kebutuhan hidupnya.