Memang jarang orang mengungkapkan kata Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Maut ini di depan atau ditengah keluarga kita sendiri atu di depan orang orang yang tengah menghadapi musibah, kesusahan, kedukaan atau orang yang tengah berkabung. Tetapi kata ini sudah tidak asing lagi kita dengar, bahkan sudah sering kita ucapkan sendiri. Dimanakah kita atau orang lain pernah ungkapkan kata ini? Biasanya ungkapan Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Maut ini kita ucapkan kepada orang lain yang tidak bersinggungan. Artinya kita sendiri dan orang lawan bicara kita tidak mengalaminya. Misalnya mereka atau orang itu sedang diambang kematian tinggal tunggu Malaikat Maut menjemput. Orang itu kelihatannya sudah berada diambang muat, tinggal tunggu Malaikat Maut menjemput.Â
Â
Karena kata ini kata yang kasar, maka tidak layak diungkapkan kepada kita sendiri ataupun orang lain. Walaupun demikian uangkapan ini sudah berada diluar kepala. Dalam ajaran Kristen, Islam, Hindu dan agama lainnya dikitab mereka masing-masing juga tertulis atau tercantum. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apa benar Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Maut itu ada? Bukankah yang berhak mencabut dan mengambil nyawa hanya Tuhan, karena Tuhanlah yang menciptakan manusia?
Â
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat asal usul dan tugas dari pada malaikat, karena Ketika Allah menciptakan mahluk yang ada di sorga maupun yang ada didunia semua baik adanya . Apalagi manusia itu diciptakan oleh Allah serupa atau segambar dengan rupa Allah. Artinya manusia itu ciptakan Allah yang sempurna dan mulia. Disini bisa diartikan tidak ada yang bisa mencabutnya selain Tuhan sendiri sebagai sang pencipta manusia.
Â
*ASAL USUL MALAIKAT*
Untuk menjawab pertanyaan diatas mari kita mencoba menyusuri asal usul dari pada Malaikat lebih dulu. Seperti diketahui usaha untuk memastikan kapan Allah menciptakan para malaikat tidak mudah karena apapun yang dilakukan "sebelum dunia dijadikan" telah menempatkan peristiwa tersebut diluar batasan waktu. Waktu dan ruang adalah karakteristik dari dunia kita, bukan dunia Allah. Ia tidak terbatas oleh jam, hari, dan tahun sebagaimana kita mengalaminya. Sebaliknya, Alkitab memberitahu bahwa "di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari" (2 Petrus 3:8).
Akan tetapi kita tahu bahwa Allah menciptakan para malaikat sebelum Ia menciptakan alam semesta. Kitab Ayub menggambarkan para malaikat sedang menyembah Allah ketika Ia menciptakan dunia: "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian! Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? --Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya? Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?" (Ayub 38:4-7).
Jika kita mempertimbangkan fungsi dari para malaikat, kita dapat mencapai konklusi bahwa Allah menciptakan mereka tidak lama sebelum penciptaan manusia karena salah satu tugas mereka adalah "roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan" (Ibrani 1:14). Kita juga tahu bahwa mereka ada sebelum terciptanya taman Eden, karena Setan, yang dahulunya adalah malaikat Lucifer, sudah berada di taman itu dalam keadaan terjatuh. Sebaliknya, karena salah satu fungsi para malaikat ialah menyembah Allah di sekeliling takhta-Nya (Wahyu 5:11-14), maka mungkin mereka sudah berada selama jutaan tahun -- sebagaimana kita pahami waktu itu -- sebelum penciptaan dunia, menyembah dan melayani Dia.
Jadi, walaupun Alkitab tidak menjelaskan secara khusus kapan Allah menciptakan para malaikat, ialah sebelum dunia diciptakan. Apakah itu sehari sebelumnya, atau miliaran tahun sebelumnya -- sekali lagi, sebagaimana kita memahami waktu -- kita tidak dapat memastikannya.