Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Prospek dan Hambatan Industri Kendaraan Listrik di Indonesia

24 Maret 2024   15:32 Diperbarui: 24 Maret 2024   19:30 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada peristiwa yang menghebohkan dunia yaaitu tentang seorang konglomerat "Angela Cao". Wanita cantik, kaya raya dan mempunyai segalanya ini tewas mengendarai mobil TESLA nya berjalan mundur masuk kolam peternakannya CEO Foremost group industry -pelayanan di New York. Kaca mobil terkunci tidak bisa dipecahkan akhirnya meninggal dunia.

Dalam tulisan ini saya tidak membicarakan tentang tewasanya wanita ini tetapi saya lebih tertarik untuk membicarakan tentang kendaraan yang membawa wanita ini meninggal deunia yaitu mobil merek terkenal TESLA. TESLA adalah mobil listrik yang telah merajai pasaran dunia. Untuk lebih jelasnya berikut ini daftar lengkap mobil listrik terlaris di dunia per Agustus 2023:

Mungkinkah Indonesia bisa menjadi penguasa industry kendaraan listrik di dunia? Pertanyaan ini bisa dijawab ya dan tidak, tergantung bagaimana kita menanganinya. Seperti diketahui jumlah penduduk Indonesia cukup besar, yang menempati peringkat 4 dunia setelah China, Amerika Serikat dan India. Dengan demikian dapat diartikan kebutuhan Indonesia terhadap kendaraan sebagai alat transportasi  sangat besar. Yang kedua Indonesia memiliki bahan baku yang cukup melimpah baik itu nikel, tembaga, aluminium ataupun timah.

Sampai saat ini Indonesia tercatat sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia setelah Tiongkok. Sementara produsen mobil listrik terbesar seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya bahan baku utamanya yang berupa nikel masih harus mendatangkan dari Indonesia. Apalagi jika Indonesia juga bisa memproduksi sendiri batterynya, maka sudah pasti Indonesia akan bisa mengejar ketertinggalannya Demikian halnya dengan rendahnya upah buruh pekerja Indonesia juga bisa menjadi factor pendorong percepatan pengembangan industry kendaraan listrik ini.

Melihat keunggulan ini tidak salah jika kita berangan-angan bisa menjadi produsen mobil listrik terkemuka. Untuk mewujudkan impian dan untuk merangsang minat industri ini, pemerintah telah memberi sejumlah insentif kepada para pelaku usahanya. Insentif tersebut, antara lain, berupa bebas bea masuk impor baterai (battery electric vehicle/BEV), serta bebas Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan. Kendaraan listrik pun bakal bebas bea balik nama, dengan bea masuk impor kendaraan yang hanya 5 persen. Selain itu, terdapat peluang konversi dari kendaraan ber-BBM ke kendaraan listrik.

Dan tampaknya percepatan pergeseran kendaraan listrik mendapatkan animo yang tinggi dari masyarakat Indonesia, terbukti dari padatnya antrian uji coba kendaraan listrik di area test drive dan test ride yang berada di garis utama pameran internasional IIMS 2023.

Perusahaan-perusahaan BUMN, Lembaga riset serta para pengusaha local ataupun internasional juga sangat antosias untuk mendukungnya. Namun apakah segampang itu untuk mewujudkannya? Ternyata tidaklah segampang kita membalikan tangan, sampai sekarang Indonesia masih diliputi oleh berbagai permasalahan sehingga perkembangan industry kendaraan listrik ini, belum bisa seperti apa yang kita harapkan.

Sumber daya yang melimpah atas bahan baku primer pembuat baterai untuk kendaraan listrik, seperti nikel, kobalt, mangan, dan alumunium, tampaknya tidak lantas menjamin Indonesia untuk sukses saat memasuki era elektrifikasi. Pasalnya, banyak faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mendorong atas kesuksessan produksi baterai kendaraan listrik.

Tantangan lainnya adalah biaya produksi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kendaraan bertenaga bensin konvensional, Kurangnya infrastruktur pengisian daya, seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Untuk Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Untuk Umum (SPBKLU) juga menjadi kendala.

Tidak seperti kendaraan berbahan bakar minyak (BBM), jarak tempuh kebanyakan kendaraan listrik saat ini masih jauh lebih pendek. Oleh karena itu, kendaraan listrik akan lebih sering mengisi baterai ketimbang kendaraan BBM.

Walau menghadapi berbagai hambatan dan halangan tersebut bukan berarti pemerintah menyerah. Industri terbarukan ini tetap terus dilanjutkan. Jika Program Kendaraan Listrik (PKL) berhasil maka akan menghasilkan dampak positif. Di antaranya: (1) mengurangi /menghilangkan impor BBM sehingga hemat devisa negara; (2) mengurangi secara signifikan polusi udara, (3) memicu munculnya industri dalam negeri kendaraan listrik dan suku cadang sehingga ketergantungan ke negara lain berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun