Ekstremnya, jika semua sudah menggunakan mobil listrik, BBM di SPBU tak diperlukan lagi, dan produksi kilang domestik tak akan diserap. Namun, ada dua konsekuensi logis yang harus diperhatikan. Pertama, berkurangnya kebutuhan BBM dengan cepat. Kedua, meningkatnya kebutuhan listrik dalam jumlah besar. Artinya akan ada dampak signifikan pada sektor perminyakan dan perlistrikan nasional.
Tidak dapat dipungkiri usaha pemerintah tersebut kini sudah membuahkan hasil yang cukup lumayan. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil listrik baik jenis BEV maupun HEV mengalami peningkatan signifikan pada 2022.
Berdasarkan data di atas, terlihat pada 2018 sama sekali belum ada penjualan wholesale mobil listrik di Indonesia, baik tipe BEV maupun HEV. Namun 2019 mobil hybrid atau HEV sudah masuk ke Tanah Air dan berhasil mencetak penjualan sebanyak 787 unit. Namun BEV masih 0.
Wajar saja, pada tahun 2019 masyarakat belum terlalu mengenal apa itu mobil listrik, masyarakat juga belum memiliki banyak pilihan dengan harga yang pas. Di Tahun 2019 juga pemerintah belum seaktif ini mendukung transisi energi.
Berdasarkan data tersebut, mobil listrik jenis BEV baru memiliki catatan penjualanwholesaledi dalam negeri mulai 2020. Namun, selama periode pandemi 2020-2021 pada kenyataannya mobilhybridjauh lebih dominan. Kemudian titik balik terlihat pada 2022, di mana  enjualan wholesale mobil listrik BEV naik sekitar1.400%(yoy) hingga mencapai 10.327 unit. Capaian tersebut jauh di atas MOBIL HYBRID yang angka wholesale-nya 5.100 unit, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 106% (yoy) pada 2022.
Tren penjualan mobilBEV dan HEV diperkirakan bakal terus tumbuh di masa mendatang, seiring dengan adanya kucuran subsidi dari pemerintah. Namun demikian rencana kebijakan subsidi pembelian mobil listrik dari pemerintah tak kunjung terealisasi. Namun informasi terbaru dalam catatan CNBC Indonesia harga mobil listrik termurah di Tanah Air harganya mulai naik. yaitu Wuling Air ev dengan kisaran kenaikan Rp 4,5-5 juta.
Dari kenaikan tersebut, diketahui saat ini untuk tipe Air EV yang paling murah harganya sudah berada di Rp 243 juta. Sementara tahun lalu masih di kisaran Rp 238 juta. Sementara itu untuk versi Long Range dengan jarak tempuh hingga 300 km harganya kini sudah tembus Rp 299,5 juta, dan versi Charging Pile Rp 315,5 juta.
Meski ada kenaikan harga, tingkat kenaikan harga ini tidak sebanding dengan rencana subsidi mobil listrik yang ingin diberikan pemerintah jika terealisasi. Insentif dalam bentuk subsidi untuk pembelian mobil listrik sekitar Rp 80 juta.
Dari uraian tgersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih memiliki prospek yang baik untuk mengembangkan industry kendaraan listrik ini. Dan diharapkan Indonesia bisa mensejajarkan dengan produsen dunia lainnya seperti China, Amerika, Jepang, Korea Selatan dan negara lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H