Mohon tunggu...
harry purnama
harry purnama Mohon Tunggu... Konsultan - gembira menulis dengan seni. Cinta filsafat rakyat

Mature Leadership Center (MLC) Kota Depok Jabar 0821 3147 7119

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andi. Anak jalanan, Terminal

14 Agustus 2010   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:02 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak inspirasi sosial untuk jiwa & hati

Harry ‘Uncommon’

Terkadang Andi merasa, tak ada jalan terbuka

Lantai terminal baru murni mengaliri hidupnya

Disitu ia tidur dan mandi siang, Rp 1,000

Lagu “untukmu selamanya” Ungu senandungnya

Tak ada lagi waktu bagi salibnya

Dia kecewa, ”Mengapa aku seperti ini?”

”Mengapa tak ada yang mendengarkanku hari ini?”

”Tak pernah masuk telinga kanan dan telinga kiri”

Anak jalanan. Anakan jalan

Terlambat sudah. Usianya 19th perasaannya tiba

Ia ingin pulang saja

Bersahabatlah ia dengan alam yang menamai dirinya kemiskinan

Udara menyesakkan batinnya

Tapi, antrian angkot jelek jadi pepohonan coklat merindangkan

Jemarinya berjaman keterlantaran rakyat

Homeless!

Tapi rencananya tak terpikirkan

Apapun yang ia perbuat tak pernah jahat

Semuanya dengan perasaan tak akan menyerah

Jalanan terjal di depannya mengarah ke bukit penuh melati

Ditengah-tengahnya masih ada semaian biji sesawi kecil

Tuhan tak pernah berdusta. Pulihkan semuanya

Andi berdoa: ”Bapa sentuh hatiku, ubah hidupku”

”Masihkah Tuhan ada disini bagiku?”

”Sebelum kucoba semua yang kubisa...”

”Aku tak akan menyerah Allahku, meski jalananku buntu”

”Aku adalah aku, aku mampu berseru-seru, agar telinga dipihakku..”

”Aku bukan jalan buntu..”

Perlukah aku menyerah lagi?

Tertulis di pintu WC terminal Depok

Depok, Mei 2008

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun