Mohon tunggu...
Yuyun Harianto
Yuyun Harianto Mohon Tunggu... -

Saya adalah ayah satu anak laki-laki. usia saya 30 tahun. saya tinggal di depok, jawa barat. Saat ini, saya bekerja sebagai jurnalis di sebuah televisi swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Setelah Miyabi, Kini Giliran Tera Patrick

4 Oktober 2010   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada dalam benak KK Dheraj. Produser film sebuah production house asal Indonesia ini berencana menggarap film layar lebar yang dibintangi pemain film porno “kawakan” asal Amerika Serikat, Tera Patrick. Menyitat dari sebuah media online, sang produser dengan bangga menjelaskan alasannya menggaet bintang porno tersebut. Pertama, kata dia, Tera Patrick sangat berkualitas berperan karena dia sudah sering main film layar lebar. Kedua, dia masih sangat muda. Ketiga, bukan bintang biasa tapi dia sudah cukup terkenal.

 

Saya bukan pengamat film, apalagi pembuat film. Saya hanyalah penikmat dan penonton film yang masih hijau. Saya juga belum pernah melihat film-film yang dibintangi Tera Patrick. Saya hanya mendengar nama “ratu porno” ini dari teman-teman saya yang doyan “menikmati” film-film begituan. Namun sebagai penikmat dan penonton film yang  masih hijau, tiga hal yang dikemukakan KK Dheraj perihal alasannya menggandeng Tera Patrick untuk main dalam film produksinya, sungguh-sungguh tidak masuk dalam logika berpikir saya.  

 

Pertama, Tera Patrick adalah aktris yang sangat berkualitas karena dia sudah sering membintangi film layar lebar. Sepanjang pengetahuan saya, film-film yang dibintangi Tera Patrick, ya hanyalah film porno yang banyak berisi adegan syur dengan dialog ah-ih-uh-eh-oh. Apakah pemain film porno layak disebut sebagai aktris yang sangat berkualitas?

 

Alasan kedua KK Dheraj, Tera Patrick masih sangat muda. Jika memang benar alasannya hanyalah masalah usia, banyak “daun muda” yang bias diorbitkan sang produser untuk membintangi filmnya. Tapi dari sekian banyak daun muda di Indonesia dan dunia, kenapa dia memilih Tera Patrick?

 

Alasan ketiga KK Dheraj yang benar-benar membuat saya geleng-geleng kepala. Tera Patrick bukan bintang biasa. Ya iyalah, dia bukan bintang biasa. Lha wong, Tera Patrick lebih banyak main di film porno. Aktris yang menjadikan film porno sebagai “mata pencaharian”, tentulah bukan bintang biasa.

 

Hingga pada akhirnya saya berkesimpulan, manuver yang dilakukan KK Dheraj dengan mengajak bintang porno asal Amrik, Tera Patrick bermain dalam film layar lebarnya, tak lebih sebagai bagian strategi marketingnya yang mengedepankan sensasionalitas. Sang produser rupanya meniru jejak “lawan”nya, Ody Mulya Hidayat, yang menggaet bintang panas asal Jepang, Maria Ozawa a.k.a Miyabi, untuk bersedia main dalam film garapannya.  

 

Boleh jadi, KK Dheraj berharap wacananya menggandeng Tera Patrick untuk bermain dalam filmnya bakal menuai kontroversi. Sama seperti halnya yang dialami Ody saat berencana membuat film “Menculik Miyabi”. Manuver kotor yang dilakukan Ody pun terbilang sukses, lantaran idenya mangajak Miyabi main dalam film layar lebarnya, menuai pro kontra di masyarakat luas. Termasuk dari Front Pembela Islam. Banyak orang yang awalnya tidak tahu menahu soal Miyabi (termasuk saya) dan penasaran dengan sosok Miyabi dan “kualitas acting”-nya, pun berusaha mencari tahu sosok dan film sang bintang. Ody dan tim “sukses”nya pun bisa kian tersenyum lebar, karena media massa juga ikut pula memberitakan mengenai filmnya. Hasilnya jelas, Ody mendapatkan publikasi gratis…tis…tis… Ody tidak perlu mengeluarkan satu sen pun untuk membayar ongkos publikasi tersebut. Setelah sukses dengan manuver kotornya, Ody pun banjir rupiah.. bayangkan saja, di hari perdana pemutarannya di bioskop pada Mei 2010, film “Menculik Miyabi” ditonton oleh lebih dari 600 orang. Entah berapa total penonton yang menyaksikan film itu di biokop.

 

Kini, manuver serupa coba dilakukan KK Dheraj, dengan menggandeng bintang porno asal Amrik, Tera Patrick. Kalau sudah begini keadaannya, mau dibawa kemana masa depan perfilman Indonesia? Akankah kembali lagi ke tahun 1990-an, dimana film esek-esek merajalela dan menjadi ” tuan rumah” di negerinya sendiri? Semoga saja tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun