Itu hanya selisih tipis dengan Anies-Muhaimin yang memiliki elektabilitas sebesar 19,9 persen yang sebelumnya 16,9 persen pada awal Oktober.Â
Kemudian paslon Prabowo-Gibran justru mengalami kenaikan yang pada awal Oktober sebesar 30,7 persen menjadi 33,2 persen pada survei terbaru.Â
Survei yang dilakukan Indikator Politik melalui dengan cara wawancara tatap muka dengan responden sebanyak 1.220. Margin of error +/- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Lalu pada survei Poltracking yang dilakukan pada 28 Oktober-3 November 2023 juga memperlihatkan hal yang serupa. Elektabilitas Ganjar-Mahfud mendapatkan elektabilitas 31,6 persen turun dari survei bulan September lalu (30,1 persen). Ini berbeda dengan dua paslon lain.Â
Prabowo-Gibran mengalami kenaikkan dari 30,7 persen di bulan September menjadi 40,2 persen di survei terbaru. Anies-Muhaimin juga mengalami kenaikkan dari 18,4 persen menjadi 24,4 persen.Â
Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan 1.220 responden dengan margin of error +/- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Melihat kedua survei tersebut memperlihatkan kritik PDIP kepada Jokowi justru mengurangi elektabilitas Ganjar-Mahfud dan menaikkan paslon lain. Ini bisa terjadi karena para pemilih yang pro pemerintah mengalihkan pilihannya ke Prabowo-Gibran, tetapi para pemilih yang oposisi lebih memilih Anies-Muhaimin dibandingkan Ganjar-Mahfud.Â
Dengan itu PDIP maupun Ganjar harus memikirkan matang-matang kritik-kritik yang mereka lontarkan ke pemerintah bisa merugikan pihak mereka sendiri dan menguntungkan pihak lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H