Mantan Gubernur Jakarta sekaligus bakal calon presiden (bacapres) 2024, Anies Rasyid Baswedan, tampaknya selalu menjadi pemberitaan utama berbagai media belakangan ini. Sejak deklarasi akan mencalonkan diri menjadi bacapres partai Nasional Demokrat (NasDem) pada 3 Oktober 2022 lalu ada saja pemberitaan yang mengkaitkan dengan sosok Anies. Dari isu mencuri start kampanye hingga yang terakhir adanya perjanjian antara Anies-Sandi-Prabowo mengenai Anies dan Sandi tidak akan mencalonkan diri sebagai capres selama Prabowo Subianto yang mengusung mereka berdua di Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017 masih mencalonkan diri. Hal ini ditambah dengan adanya perjanjian hutang antara Anies dan Sandiaga Uno terkait pembiayaan kampanye mereka saat Pilgub 2017.
Tidak hanya menyangkut perihal sosok Anies sendiri tetapi partai-partai yang sudah mengumumkan akan mengusung Anies menjadi capres mereka yaitu NasDem, Demokrat, dan PKS yang tergabung dalam Koalisi Perubahan terutama yang berkaitan dengan sosok cawapres yang akan mendampingi Anies dalam Pemilihan Presiden Pilpres tahun depan.
Sengaja selalu diangkat
Jika dalam dunia investasi kita mengenal yang namanya saham "gorengan" yang ditunjukkan kepada saham-saham perusahaan tertentu yang sengaja dinaikkan nilai-nilai sahamnya oleh para pelaku pasar untuk kepentingan tertentu. analogi gorengan sendiri diambil dari makanan gorengan yang biasa kita temukan di jajan kaki lima, yang dalam beberapa kasus tertentu para pedagang menggunakan minyak secara berulang kali yang menambah kelezatan makanan tetapi mengandung kandungan yang sangat tidak sehat oleh tubuh kita yang bisa berakibat fatal.
Maka dari itu saham-saham yang disebut "gorengan" ini meski terlihat sangat menggiurkan para pelaku pasar lainnya tetapi saham-saham tersebut mengandung keburukan dikemudian hari yang akan menguntungkan pihak tertentu disamping akan merugikan pihak lainnya.
Tujuan
Dengan begitu jika kita analogi kan pemberitaan Anies selama beberapa bulan terakhir sebagai "pemberitaan gorengan" yang menjadi pertanyaannya adalah apa tujuan yang ingin dicapai? Melihat dari segi pemberitaan yang memenuhi media cetak maupun daring ada pemberitaan yang terkesan memuji Anies dan ada juga yang terkesan mengkritik dimana kedua jenis pemberitaan ini tidak hanya mengangkat soal kinerja Anies selama menjabat di pemerintahan pusat dan daerah tetapi juga mengangkat mengenai pribadi Anies sendiri.
Dari segi pengkritik tentu saja tujuan mereka terus mengangkat berita mengenai mantan Gubernur DKI Jakarta ini seperti surat perjanjian Anies-Sandi-Prabowo, masalah banjir di Jakarta, hingga isu kedekatan ia dengan kelompok kanan ekstrim yang kesemua itu dari betul atau tidaknya kebenarannya pemberitaan tersebut namun inti dari mengangkatnya untuk merusak citranya didepan publik dengan berbagai tujuan terutama pencalonannnya sebagai calon presiden yang akan menjadi pesaing kuat kubu lawan dalam menghadapinya.
Kemudian dari segi para memuji hasil kerja Anies ataupun sosok yang dikenal intelek dengan membawa pemberitaan yang tidak jauh dari keberhasilan membangun stadion JIS, integrasi transportasi publik, pembangunan taman-taman publik dan lain sebagainya. Kemungkinan besar juga terkait dengan pnecalonannya.
Merujuk pada berbagai hasil survei nampak para pesaing Anies Baswedan dalam segi elektabilitas seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto, dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ketiganya masih menjabat sebagai wakil rakyat di posisi-posisi strategis dan dengan hanya bekerja sebagai mana mestinya mereka bertiga masih bisa menguatkan elektabilitas mereka tanpa harus berkampanye ataupun berkunjung ke berbagai daerah seperti yang dilakukan Anies Baswedan.