Hari ke-2 meliput SEA Games XXVI di Palembang kami berkesempatan untuk bertemu dengan Pak Alex Noerdin Gubernur Sumatera Selatan yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan event ini. Awalnya kami akan mengadakan pertemuan di Hotel Arya Duta tempat kami menginap namun karena kesibukan beliau tempat pertemuan dipindahkan ke Main Dining Hall - Jakabaring Sport City.
Kesan pertama saat kami bertemu langsung adalah beliau bukan termasuk pejabat yang mengusung konsep ABS alias Asal Bapak Senang. Pertanyaan pertamanya adalah: "Apa kekurangan penyelenggaraan SEA Games di Palembang?" ups! pertanyaan tersebut tentu saja membuat kami terbengong-bengong. Biasanya pejabat alergi mendengar hal-hal negatif tapi beliau malah ingin mengetahui kekurangannya. Beliau menambahkan, jika ada kekurangan atau hal-hal yang kurang berkenan silahkan sampaikan ke panitia agar segera ditindaklanjuti.
Menyempatkan wawancara ditengah kesibukannya
Wajar menurutnya jika suatu acara ada kekurangan. Jakabaring Sport City yang merupakan tempat penyelenggaraan utama SEA Games dibangun hanya dalam waktu 11 bulan yang awalnya hanya berupa rawa-rawa. Dengan waktu yang singkat tersebut tuan rumah berusaha berhasil menyelesaikan pembangunan hingga selesai tepat pada waktunya. Dan venue yang bangun adalah standar internasional seperti Jakabaring Aquatic Center dan Venue Menembak yang memiliki standar sekelas olimpiade.
Pak Alex yang pernah menjadi bupati Musi Banyuasin ini menambahkan, SEA Games kali ini penuh dengan filosofi angka 1. Dibangun selama 11 bulan, dibuka pada tanggal 11 bulan 11 tahun duaribu 11. Waktu penyelenggara 11 hari, diikuti 11 negara asia tenggara dan beliau yakin Indonesia menjadi nomor 1 alias Juara Umum! Ayo Indonesia Bisa!
Satu yang sangat mengganggunya adalah Kasus Korupsi Wisma Atlet. Hampir setiap hari kasus tersebut di ekspose di media baik media cetak atau media elektronik. Dikatakan beliau menerima suap dari pembangunan gedung tersebut. Coba bayangkan bagaimana perasaan 3.000 orang pekerja yang membangun gedung tersebut siang-malam mendengar berita tersebut. Bayangkan perasaan mereka seolah-olah bekerja dibayar dengan uang hasil korupsi. Tapi Pak Alex selalu menyemangati mereka hingga bersemangat kembali membangun gedung tersebut hingga selesai.
Sesungguhnya dana pemerintah melalui APBN untuk pembangunan arena SEA Games hanya 20% dari total biaya pembangunan. Selebihnya adalah dana dari pihak ke-3 alias swasta. Dari total Rp 2,2 Triliun dana pembangunan Rp 1,6 Triliun berasal dari pihak ke-3. Pak Alex yang pernah menjadi Chief The Mission SEA Games Laos 2009 ini berhasil melobi beberapa perusahaan untuk terlibat dalam pembangunan komplek olahraga ini. Ada beberapa opsi yang ditawarkan untuk bekerja sama.
Pertama dengan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan secara khusus diluar dalam yang biasa dikeluarkan. Kedua dengan sistem Building Operate Transfer (BOT), Ketiga Hibah dari perusahaan seperti dari PT Bukit Asam dan Medco. Keempat Investasi seperti yang dilakukan Lippo Group yang membangun kolam renang, biliar, rumah sakit dan sebagainya.
Mereka pihak swasta mau bekerja sama karena keterlibatan mereka bukan hanya SEA Games saja. Karena visi Pak Alex sudah jauh ke depan, jadi SEA Games ini hanyalah sasaran antara, bukan sasaran akhir. Setelah event ini Jakabaring Sport City ini akan menjadi Pusat Pembinaan Olahraga Nasional bahkan Asia Tenggara dan rencananya akan dibuat Sekolah Tinggi Olahraga Nasional. Rencananya 3 buah gedung wisma atlet yang sekarang akan dialokasikan untuk asrama siswa 2 gedung dan 1 gedung lagi akan dikomersialkan untuk pendapatan asli daerah. Jadi akan dibuat semacam "SMA Ragunan" namun skala universitas dan skala nasional. Rencananya tahun 2012 sekolah ini sudah mulai berjalan.
Satu pertanyaan terakhir dari seorang rekan kompasianer Mataharitimoer, dari mana asal muasal nama "Jaka Baring" apakah nama seorang tokoh pada jaman kerajaan Sriwijaya? Pak Alex menjawab, dulu tempat ini merupakan rawa-rawa. Hanya beberapa orang yang menghuni tempat ini yang terdiri dari suku Jawa, Kabale, Batak dan Komering. Jika disingkat menjadi Jaka Baring. Bukan nama seorang tokoh tapi namanya enak didengar, kalau dijadikan semacam tokoh atau maskot tidak ada masalah ucapnya.