Per hari ini tanggal 1 Agustus 2014 para pengguna APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) kini tidak bisa lagi membeli langsung tiket tujuan dari loket halte Busway karena mereka hanya menjual tiket Busway saja seharga Rp.3.500,- Dengan demikian bagi pengguna APTB harus membayar dua kali. Sekali di loket untuk membeli tiket busway dan sekali lagi membeli di atas bis APTB sesuai tujuan akhir. Hal ini berlaku juga untuk BKTB (Nggak tau singkatannya apa), Kopaja AC dan Kopami yang selama ini menggunakan jalur busway.
Berakhir sudah masa-masa indah bagi pengguna APTB dari luar kota seperti Bogor, Bekasi, Cikarang, dll. Jika selama ini mereka membayar hanya untuk bis APTB saja, kini ada tambahan dengan membeli tiket Busway terlebih dahulu. Pembelian tiket ini menjadi semacam membeli "jalur" milik TransJakarta karena bis APTB diperbolehkan menggunakan jalur busway.
Kebijakan ini tentu sangat disayangkan oleh para komuter pengguna dari luar kota, ada biaya tambahan Rp 3.500,- sekali jalan, jika pulang-pergi menjadi Rp 7.000,- Jika tujuannya Bogor jika selama ini tiket seharga Rp 14.000,- kini bertambah menjadi 17.500,- sekali jalan dan pulang-pergi Rp.35.000,- Jadi ada kenaikan biaya sekitar 25%.
Apa yang terjadi dengan para pengguna dengan kebijakan ini? Ada beberapa kemungkinan. Pertama mereka tetap setia menggunakan APTB walau sedikit ngedumel dengan kenaikan ini. Kedua mereka beralih moda ke KRL Jabodetabek karena lebih murah. 3. Kembali menggunakan kendaraan pribadi. 4. Naik APTB bukan dari halte busway.
Untuk pilihan nomor 1 dan 2 tidak masalah. Namun jika mayoritas nomor 3 tentu akan kembali memacetkan kota Jakarta dengan adanya tambahan kendaraan baru limpasan dari kebijakan ini. Dan jika mayoritas nomor 4 tentu ini akan membahayakan penumpang karena mereka pasti akan mencegat bis ditengah-tengah jalur busway. Menyebrang jalan yang padat dan bisa menimbulkan kecelakaan dan kemacetan. Ini yang harus dicegah.
Entah apa yang menjadi pertimbangan pihak TransJakarta dengan adanya kebijakan ini. Apakah dengan masuknya bis diluar TJ operator menjadi rugi? Atau ada pertimbangan lain. Namun yang jelas tentu saja para pengguna yang dirugikan dan dikorbankan.
Sebagai bagian dari transportasi publik seharusnya, TransJakarta mendapat dana tambahan sebagai subsidi untuk transportasi publik. Seperti yang didapat oleh KRL Jabodetabek atau Commuter Line. Dengan mendapat dana tersebut biaya tiket dapat ditekan dari Rp 9.000,- menjadi Rp.5.000,- untuk sekali jalan dari Jakarta menuju Bogor. Seharusnya pihak TransJakarta juga mengajukan hal ini, sehingga biaya bisa ditekan dan perusahaan tidak mengalami kerugian.
Semoga kebijakan ini bisa ditinjau kembali oleh Gubernur baru DKI Jakarta Bapak Basuki TP alias Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H