Pesta sudah usai. Vuvuleza sudah berhenti ditiup. Jabulani sudah berhenti ditendang. Spanyol akhirnya menjadi Juara Dunia 2010 setelah mengalahkan Belanda 1-0 lewat gol tunggal Andres Iniesta saat perpanjangan waktu menit ke 116. Pertandingan berlangsung keras, diwarnai oleh 13 kartu kuning dan 1 kartu merah. FIFA mengecam dengan banyaknya pelanggaran dan menyisihkan Fair Play yang diagung-agungkan selama turnamen berlangsung. Namun, ini adalah sebuah final yang memperebutkan piala yang belum pernah mereka raih, mereka yang bertarung habis-habisan, kalau jangankan kartu, sepertinya nyawapun akan mereka berikan untuk sebuah kemenangan!
Rakyat dan Sepakbola
Selama sebulan penuh, rakyat Indonesia ikut larut dalam pesta piala dunia di Afrika Selatan. Mereka melupakan sejenak persoalan hidup, berita politik, berita selebriti dan sebagainya. Mereka hanya fokus : Sepakbola. Jadi pembicaraan di mana-mana. Di sekolah, kantor, kampus bahkan mungkin di kantor kepresidenan. Padahal tim nasional Indonesia tidak ikut dalam pertandingan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia sangat mencintai dan menyukai sepakbola. Siapapun yang bermain. Mungkin jika yang bermain tim nasional, euphoria yang ada akan lebih gila lagi. Coba tengok saat Piala Asia berlangsung di Jakarta. Setiap tim nasional bertanding, selalu didukung habis-habisan, walaupun lebih sering kalah dibanding menang, rakyat tetap mendukung.
Kualitas tim Nasional
Seperti kita ketahui, prestasi tim nasional Indonesia sepertinya tidak ada perkembangan, jika tidak ingin dikatakan jelek. Jangankan untuk tingkat Dunia atau Asia, untuk level Asia Tenggara saja masih kalah oleh Vietnam, sebuah negara yang baru selesai perang. Apa yang salah dengan tim nasional? Rasanya bakat-bakat anak Indonesia tidak kalah dengan pemain Korea Utara. Bicara stamina, fisik dan mental, lewat bulutangkis Taufik Hidayat dkk bisa mengalahkan lawan dari negara manapun.
Dari kacamata saya seorang yang awam, yang hanya tahu informasi lewat media, sepertinya ada satu missing link yang menghambat perkembangan sepakbola di Indonesia. Saya pernah dengar tim Sekolah Sepak Bola (SSB) Oemar Bakri di Kotabaru, Kalimantan Selatan menjadi juara nasional kemudian bisa menembus final kejuaraan sepakbola dunia U-13di Prancis. Bahkan terpilih menjadi tim Fair Play. Juga pernah dengan anak-anak berbakat yang direkrut oleh tim-tim mapan asal Eropa. Pertanyaannya, dimana mereka sekarang? Apa yang dilakukan pengurus PSSI dengan prestasi mereka?
Mimpi 2014
Rasanya bangga, jika di Piala Dunia Brazil 2014 nanti, Indonesia bisa hadir disana. Bukan sebagai wartawan, pengurus PSSI yang studi banding atau penonton kaya raya yang gila bola. Tapi sebagai sebuah tim nasional yang utuh. Mengenakan baju merah-putih kebanggaan dengan lambang Garuda didadanya. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan semangat dan bertanding dengan gagah berani. Bisakah mimpi itu diwujudkan? Pemain Korea Utara tidak pernah bermimpi bisa menjebol gawang Brazil, Moeller tidak pernah bermimpi meraih sepatu emas, demikian juga Forlan dengan bola emasnya. Lewat usaha, kerja keras dan doa, semua itu bisa diwujudkan.
Presiden SBY secara tersirat dalam sebuah wawancara sepertinya ingin Indonesia bisa tampil di Brazil 2014. Masih ada 2,5 tahun untuk meraih mimpi itu karena tahun 2013 sudah memasuki kualifikasi Pra Piala Dunia. Tahap pertama adalah : rekrut pelatih kelas dunia! Fatih Terim rasanya cocok untuk itu. Rekrut 50 pemain berbakat usia 21-23 tahun. Dengan demikian pada 2014 nanti usia mereka sekitar 25-27 tahun, sebuah usia yang matang untuk pesepakbola. Tim pencari bakat harus menyebar dari Aceh hingga Papua. Tim pencari bakat ini harus disumpah bahwa pemain yang dibawa adalah benar-benar pemain berbakat, bukan pemain titipan. Satukan mereka dalam sebuah tim. Jika terkait kontrak dengan sebuah klub sepakbola, kontraknya harus diputus demi tim nasional. Tim nasional ini harus tetap bersatu, kalau perlu ikut liga Indonesia sebagai sebuah tim. Ini sangat diperlukan untuk menyatukan watak, keinginan, mental setiap pemain. Kalau sudah bermain dengan hati, rasa capek, lelah dan putus asa akan hilang. Lihatlah tim Spanyol, tim mereka adalah Barcelona +. Sudah tahunan mereka bersama dan sudah terbukti hasilnya : Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010! Jangan sampai terulang, setiap akan bertanding, baru sekitar 2-3 bulan melakukan training camp. Ini sebuah kebiasaan yang harus dihilangkan di tim nasional. Ikuti setiap turnamen yang diadakan untuk mengasah mental dan fisik setiap pemain.
Tidak mustahil, lewat usaha, kerja keras dan doa, mimpi tampil di Brazil 2014 bisa terwujud. Indonesia Raya berkumandang. Merah Putih berkibar dari tribun penonton.
“Garuda di dadaku Garuda kebanggaanku Ku yakin hari ini pasti menang.. Kobarkan semangatmu Tunjukkan keinginanmu Ku yakin hari ini pasti menang “
(Garuda Didadaku - by Netral)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H