Mohon tunggu...
Harris Maulana
Harris Maulana Mohon Tunggu... Insinyur - Social Media Specialist

Seseorang yang suka menulis tentang apa saja, sepanjang untuk menambah ilmu dan wawasan akan dilakoninya. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah dicobanya. Dengan latar belakang sarjana Planologi, memulai karir sebagai konsultan perencanaan wilayah dan kota. Lalu beralih menjadi konsultan Appraisal and Research, konsultan Property, Konsultan Digital hingga konsultan Public Relations. Sangat menikmati peran alternya sebagai blogger yang sudah membawanya ke berbagai tempat, bertemu dengan siapa saja dan satu hal yang sangat dibanggakannya bisa masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden RI, karena tidak setiap orang bisa ke sana, kecuali kamu seorang teladan, tamu presiden atau tukang potong rumput istana. Pemilik akun twitter @harrismaul dan blog : www.harrismaul.com dan www.travelopedia.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BBM Satu Harga, Mungkinkah?

31 Agustus 2017   10:52 Diperbarui: 7 November 2017   14:16 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Caption: Pelayanan SPBU di Yalimo, salah satu kabupaten di wilayah pegunungan tengah Papua. (KabarPapua.co/Katharina)

Jika kamu mendapat pertanyaan sebutkan satu kata tentang Pertamina, kira-kira apa ya jawabannya? Pertamax, kuda laut, energi, kaya, amazing, industri, future, sponsor, bersih, life, sinergi, innovation, merah, holding, subsidi, pom, antre, konversi, Rio Haryanto, atau satu harga? Nah menurut saya yang paling menarik ada yang terakhir yaitu: satu harga.    

Kebijakan satu harga bahan bakar Pertamina di seluruh pelosok negeri yang dicanangkan pemerintahan Jokowi tentu menjadi tantangan tersendiri untuk Pertamina. Pada satu sisi Pertamina dituntut untuk memperoleh benefit sebagai perusahaan, namun pada sisi lain harus patuh dan tunduk pada kebijakan pemerintah.

Sebagai perusahaan BUMN tentu Pertamina harus mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah yang sedang berjalan. Perbedaan harga bahan bakar sebelumnya memang sangat mencolok, saya sendiri sempat mengalaminya. Waktu itu sekitar tahun 2000 saya sempat mengunjungi daerah Puncak Jaya, tepatnya di Mulia. Saat itu harga bensin sudah mencapai Rp15.000 per liter, sementara harga normal jauh lebih rendah dari itu.

Saat ini, Pertamina sudah mulai melakukan penyesuaiaan harga di beberapa titik yang selama ini harganya melambung berkali lipat. Kenaikan harga ini dipicu oleh berbagai kendala seperti jaringan transportasi yang hanya mengandalkan jalur udara atau pesawat terbang seperti yang terjadi di Papua. Ada juga akibat prasarana jalan yang rusak seperti di daerah Sumatera dan pengiriman melalui alur sungai di Kalimantan. Selain itu faktor lokasi yang berada di daerah 3T yaitu Tertinggal, Terluar dan Terpencil.

Menurut Adiatama Sudjito, Vice President Corporate Communication Pertamina, pemerintah menugaskan Pertamina untuk membangun lembaga penyalur di 148 kabupaten dan kota hingga tahun 2019. Beberapa langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan survei ke lokasi yang dituju. Setelah itu kembali dikaji sumber APMS (Agen Penyalur Minyak Solar) yang terdekat dari mana dan ditawarkan apakah sanggup mengirimnya. Kemudian diajukan biaya distribusi yang diperlukan. Setelah disepakati, Pertamina mulai mengirim bahan bakar minyak ke lokasi yang dimaksud dengan biaya yang sudah disepakati dalam kontrak.

Sementara hingga saat ini sebaran lokasi satu harga sudah menjangkau lokasi-lokasi yang selama ini menerapkan harga tinggi seperti di Kecamatan Ilaga, Papua yang asalnya harga untuk 1 liter premium sebesar Rp 50.000 -- 100.000 kini sudah dapat dibeli dengan harga normal yaitu Rp 6.450,- per liter.

Presiden Jokowi ketika meninjau pengiriman BBM di Papua (Foto : Pertamina.com)
Presiden Jokowi ketika meninjau pengiriman BBM di Papua (Foto : Pertamina.com)
Apakah dengan kebijakan satu harga ini Pertamina tidak mengalami kerugian? Karena ongkos distribusinya cukup besar seperti di kawasan Kalimantan dan Sumatera biaya transportasinya mencapai  Rp 1.051 dan Rp 1.177 per liter?

Adi memaparkan idealnya sebuah perusahaan memang harus berorientasi profit, namun jika menyangkut penugasan dari pemerintah, sistem ini tentu harus dijalankan karena Pertamina merupakan perusahaan BUMN. Mengenai masalah untung atau rugi, bisnis Pertamina sangat variatif, mulai dari hulu hingga hilir. Jika misalnya kerugian didapat dibagian hilir, masih ada keuntungan yang didapat di bagian hulu. Jadi Pertamina menerapkan subsidi silang semacam itu.

Bagaimana dengan rencana energi terbarukan jika cadangan minyak sudah habis? Beberapa skema dijalankan oleh Pertamina untuk mengantisipasi hal ini. Saat ini Pertamina giat melakukan ekspansi mencari sumber-sumber minyak baru baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Road mapyang dicanangkan Pertamina untuk tahun 2025, sebesar 23% harus sudah mempunyai energi yang terbarukan, bukan tergantung pada oil dan gas. Seperti misalnya potensi panas bumi yang cukup besar salah satunya berada di Kamojang, Garut.

Kerja sama dengan perusahaan lain juga dilakukan termasuk ikut membiayai penelitian-penelitian untuk menemukan sumber energi baru. Karena jika berhasil, Pertamina ikut kebagian karena sudah melakukan "chip in" pada awal project dan berhak mendapat bagian. Semoga semua itu dapat segera terlaksana dan segera mendapatkan energi yang terbarukan jangan sampai Indonesia darurat energi karena kehabisan bahan bakar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun