Sociopreneur atau social enterpreneur kini menjadi salah satu usaha yang menjadi pilihan  beberapa orang. Walaupun belum banyak yang mengetahui apa sebenarnya sociopreneur itu, namun sesungguhnya sudah banyak orang yang melakukannya, terutama bagi orang-orang yang aktif didunia maya seperti blogger.
Seperti yang dituturkan oleh Kartika Djoemadi (@KartikaDjoemadi) yang membawakan materi ini saat mengisi acara @AkberBogor (Akademi Berbagi Bogor) bahwa Sociopreneur adalah pengusaha yang menjalankan usahanya tidak semata-mata hanya memikirkan keuntungan pribadi saja, tetapi juga memikirkan untuk membangun dan mengembangkan komunitasnya agar lebih berdaya. Kalau istilah Faisal Basri, berdaya bareng-bareng. Lalu apa bedanya dengan CSR - Corporate Social Responsibility? CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap komunitasnya dimana perusahaan itu beroperasi. Biasanya perusahaan membuat program "charity", seperti pemberian beasiswa, pengobatan gratis atau penghijauan. Ibaratnya CSR hanya memberikan "ikan" untuk sementara, jika lapar harus diberi lagi. Ini yang membedakan dengan sociopreneur yang akan memberikan "kail" kepada komunitasnya. Pertanyaannya : Bagaimana agar bisa menjadi seorang sociopreneur? Dee, panggilan akrab dari Kartika Djoemadi memberikan beberapa syarat, pertama : harus mempunyai itikad untuk menjadi pengusaha dengan dasar fundamental sosial. kedua : menjadi jembatan yang bermanfaat dan berfungsi sebagai agen perubahan yang mampu mengembangkan ide-ide otentik dalam mengatasi keterbatasan sosial yang berada di komunitas kita dan yang ketiga adalah mendistribusikan ide-ide membangun usaha agar komunitas ikut sejahtera juga seperti kita. Nah jika ketiga syarat diatas sudah terpenuhi kita tinggal menjalankannya. Apakah bisa menjalankan sociopreneur tanpa modal? jawabannya BISA! Caranya? Gunakan modal sosial (social capital). Social capital adalah kemampuan dasar (core competence) yang dimiliki setiap individu seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan berjejaring sosial, kemampuan menulis, kemampuan menggunakan kamera, kemampuan menggunakan media sosial, dll. Semua itu bisa menjadi modal sociopreneur. Mungkin selama ini kita tidak menyadari memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan diatas adalah kemampuan dasar yang mudah dipelajari dan tidak sulit. Dee memberikan beberapa kiat agar menjadi seorang sociopreneur yang sukses, antara lain : berfikir positif dan bijak bahwa setiap usaha tidak harus mendapatkan keuntungan yang besar, kreatif dan konsisten dengan ide-ide dasar yang konsisten, Jangan lupa untuk selalu membagi ide tersebut dengan komunitas yang membutuhkan.Sabar dan pantang menyerah jika ada kendala, anggap saja sebuah pembelajaran penting yang berharga. Satu lagi harus rajin mengikuti kompetisi sociopreneur yang sering diadakan baik tingkat nasional maupun internasional. Universitas Indonesia dan ITB sudah kontinyu melakukan kompetisi tersebut. Siapa saja tokoh yang sukses dengan dengan menjalankan bisnis sociopreneur ini?
BILL GATES. dia menjalankan bisnis ini dengan mengembangkan Microsoft Inc dengan sistem sosial. Ia biarkan software yang dimilikinya dibajak agar lebih banyak orang menggunakannya. Toh dengan mudah ia melakukan uppgrade untuk sistem operasi berikutnya. Jika saat ini kita sedang menjalankan MS Windows 7 bajakan, tidak lama lagi dia akan meluncurkan seri ke 8.
Untuk skala nasional kita tentu sudah sering mendengar SANDIAGA SALAHUDIN UNO. ya anak muda ini sudah menjalankan beberapa perusahaan yang berbasis sociopreneur. Silahkan cari sendiri bidang apa yang digelutinya. Tertarik menjalankan sociopreneur? Ayo mulai dari sekarang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H