Pelantikan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Indonesia menjadi salah satu momen yang dinantikan oleh masyarakat, di mana perhatian besar tertuju pada dua putra terbaik bangsa yang berpotensi memimpin negara indonesia. Dalam hal ini tentunya banyak Masyarakat indonesia yang memiliki harapan besar terhadap capres dan cawapres terpilih.
Seperti halnya Masyarakat yang aktif di media sosial atau yang sering di kenal dengan sebutan netizen, sering kali menggunakan platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram untuk menyampaikan pendapat mereka secara terbuka, baik dalam bentuk dukungan, kritik, atau bahkan menyangkal terhadap penyampaian janji-janji yang di lontarkan oleh capres dan cawapres terpilih.
Namun tidak sedikit juga masyarakat yang menunjukkan antusiasme terhadap janji-janji perubahan yang disampaikan oleh capres dan cawapres terpilih, khususnya terkait isu ekonomi, lapangan kerja, dan pendidikan. Janji-janji ini sering kali menjadi harapan baru bagi masyarakat yang merasa kondisi hidup mereka belum membaik selama kepemimpinan sebelumnya.
Di sisi lain, tidak sedikit netizen yang menanggapi dengan kritik tajam terhadap proses pemilihan dan figur-figur yang dilantik. Mereka menyoroti masalah-masalah lama yang belum terselesaikan, seperti korupsi, ketidakadilan hukum, dan konflik kepentingan di dalam pemerintahan. Dimana mereka yang memberikan komentar dan kritik tajam seakan -- akan memberikan pandangan bahwa, membuat perubahan untuk di indonesia bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih capres dan cawapres terpilih memiliki keterkaitan dalam dunia perpolitikan.
Salah satu yang menarik dari adanya pilpres adalah, masyarakat atau netizen yang terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu pro dan kontra. Dimana di antara dua kubu ini seringkali terlibat debat dalam membahas visi misi capres dan cawapres terbilih, ataupun memperdebatkan mengenai rancangan kerja yang akan di jalankan oleh capres dan cawapres. Para netizen ini tak jarang berujung pada konflik verbal yang cukup panas, menunjukkan tingkat polarisasi yang tinggi di masyarakat.
Tetapi, tidak semua tanggapan netizen berbasis pada pandangan politik yang ekstrim. Ada pula mereka yang mengambil sikap netral, lebih berfokus pada mengawasi kinerja capres-cawapres terpilih ke depan. Mereka cenderung mengingatkan agar para pemimpin baru tidak hanya berfokus pada kemenangan politik, melainkan juga memikirkan kesejahteraan rakyat secara luas. Beberapa dari mereka menggunakan media sosial untuk memantau dan menyuarakan aspirasi mereka secara konstruktif, sambil berharap agar perubahan nyata benar-benar terjadi.
Secara keseluruhan, pelantikan capres-cawapres menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin kritis dan terlibat dalam proses politik melalui media sosial, di mana mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi aktor yang aktif dalam membentuk wacana publik yang berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H