Mohon tunggu...
Harri Andi Setiawan
Harri Andi Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 2 Purworejo

Guru Sejati adalah pembelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dimensi-Dimensi Aspek Daya Juang (Adversity Qoutient)

30 Mei 2024   08:46 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:39 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menurut Stoltz (2005) dimensi-dimensi dari daya juang mencangkup beberapa dimensi yang kemudian disingkat dengan C02RE, antara lain dimensi C = control (kendali), O2 = Origin-ownership (asal-usul dan pengakuan), R = reach (jangkauan) dan E = endurance (daya tahan). Penjelasan dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

  • Control (pengendalian) adalah kemampuan individu untuk mengambil kendali atas situasi dan mengarahkannya ke arah yang positif. Kendali berhubungan langsung dengan pemberdayaan dan pengaruh, sehingga mempengaruhi dimensi C02RE lainnya. Perbedaan antara respons daya juang yang rendah dan yang tinggi dalam dimensi ini cukup dramatis. Seseorang yang daya juangnya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar atas peristiwa-peristiwa dalam hidup, daripada yang daya juangnya lebih rendah. Dimensi kontrol mengacu pada kemampuan individu untuk mengambil alih kendali atas situasi sulit. Individu dengan dimensi kontrol yang tinggi merasa berdaya atas hidup mereka dan yakin bahwa mereka dapat mengatasi rintangan yang mereka hadapi. Mereka tidak mudah menyerah dan selalu mencari solusi untuk masalah yang mereka hadapi.
  • Origin (asal-usul) dan Ownership (pengakuan) yaitu kemampuan individu untuk bertanggung jawab atas tindakan dan hasil mereka, serta memiliki rasa kepemilikan atas tujuan mereka. Dimensi ini mempertanyakan dua hal. Pertama, siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan. Kedua, sampai sejauh manakah seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan itu. Kedua pernyataan tentang asal-usul dan pengakuan hampir mirip, namun jika diamati lagi, ternyata memiliki perbedaan diantara keduanya. Seseorang yang daya juangnya rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi. Dalam banyak hal, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal-usul (origin) kesulitan tersebut. Rasa bersalah memiliki dua fungsi penting. Pertama, rasa bersalah membantu seseorang untuk belajar untuk melakukan kebaikan. Kedua, rasa bersalah akan menjurus pada penyesalan. Penyesalan akan membuat seseorang mempertimbangkan kembali apa yang sudah dilakukan, apakah hal itu telah melukai hati orang lain. penyesalan adalah motivator yang sangat kuat, bila digunakan dengan sewajarnya maka penyesalan akan membantu menyembuhkan kerusakan yang nyata, dirasakan, atau yang mungkin dapat timbul dalam suatu hubungan. Mengakui kesalahan diri sendiri itu penting dan efektif, tapi hanya sampai pada tahap tertentu. Jika berlebihan menyalahkan diri sendiri akan menimbulkan kesulitan, bisa menjadi destruktif. Yang jauh lebih penting sejauh mana seseorang mengakui akibat kesulitan itu. Daya juang mengajarkan seseorang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, sebagai salah satu cara memperluas kendali, pemberdayaan, dan motivasi dalam mengambil tindakan. Semakin tinggi skor pengakuan seseorang, maka semakin besar seseorang mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan, apa pun penyebabnya, sedangkan semakin rendah skor pengakuan seseorang maka semakin besar kemungkinan seseorang tidak mengakui akibat-akibatnya, apa pun penyebabnya. Oleh karena itu orang yang memiliki daya juang tinggi tidak akan mempermasalahkan orang lain sambil mengelakkan tanggung jawab. Orang yang daya juangnya tinggi lebih unggul daripada orang yang daya juangnya rendah dalam kemampuan untuk belajar dari kesalahan-kesalahan.
  • Reach (Jangkauan) merupakan kemampuan individu untuk menetapkan tujuan yang ambisius dan berusaha mencapainya dengan gigih. Respons-respons seseorang dengan daya juang yang rendah akan membuat kesulitan merembes atau mempengaruhi segi-segi lain dari kehidupan seseorang. Semakin rendah skor R seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana, dengan membiarkannya meluas, seraya menyedot kebahagiaan dan ketenangan pikiran seseorang saat prosesnya berlangsung. Menganggap kesulitan sebagai bencana, yang akan menyebar dengan cepat sekali, bisa sangat berbahaya karena akan menimbulkan kerusakan yang signifikan bila dibiarkan tidak terkendali. Sebaliknya jika skor R tinggi, maka semakin besar kemungkinan seseorang mengatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi dan tidak mempengaruhi aspek lain dari kehidupan.
  • Endurance (Daya Tahan) yang artinya kemampuan individu untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan. Dimensi ini mempertanyakan dua hal. Pertama, berapa lama kesulitan akan berlangsung. Kedua, berapa lamakah kesulitan itu akan berlangsung. Jika skor atau dimensi E seseorang rendah, maka semakin besar kemungkinan seseorang menganggap kesulitan atau penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama. Seseorang yang memiliki skor atau dimensi E tinggi, maka semakin besar kemungkinan seseorang akan memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama, atau bahkan permanen. Demikian juga, seseorang akan menganggap kesulitan dan penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil kemungkinan terjadi lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun