Mohon tunggu...
Kholid A Harras
Kholid A Harras Mohon Tunggu... -

Pensyarah UPI, Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maulid dan Selawat

25 Desember 2015   10:20 Diperbarui: 25 Desember 2015   10:36 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini kita sedang berada di bulan Rabiulawal. Menurut KBBI penulisan yang benar adalah ‘Rabiulawal’, dan bukan ‘Rabiul Awal’, atau Rabi’ul Awal’, atau ‘Robiul Awal’ seperti yang banyak ditulis pada kalender kita. Rabiulawal merupakan bulan ke-3 menurut penaggalan atau almanak atau takwim Hijriah. Menurut tarikh Hijriah, pada tanggal 12 Rabiulawal Nabi Muhammad saw. dilahirkan di kota Mekah. Kelahiran dalam bahasa Arab disebut ‘maulid’, oleh karena itu bulan Rabiulawal kerap dinamakan juga sebagai bulan maulid.

Menurut KBBI penulisan yang baku adalah ‘maulid’, dan bukan ‘maulud’ atau ’mulud’.  Dengan demikian kegiatan memperingati hari kelahiran Nabi (Muhammad saw.)  seharusnya dinamakan ‘bermaulid’ atau jika diberi akhiran –an menjadi ‘maulidan’, dan bukan ‘mauludan’ atau ‘muludan’. Dalam KBBI lema  ‘maulid’ (noun) diberi penjelasan: 1.hari lahir; 2 tempat lahir; 3   (peringatan) hari lahir Nabi Muhammad saw.

Salah satu kegiatan yang biasanya mengiringi maulidan antara lain adalah berselawat kepada Nabi Muhammad saw. Menurut KBBI penulisan yang baku adalah ‘selawat’ dan bukan ‘solawat’ atau ‘sholawat’ atau ‘salawat’. Dalam KBBI lema ‘selawat’ (merupakan bentuk jamak dari salat) adalah: 1 permohonan kepada Tuhan atau doa; 2. doa kepada Allah untuk Nabi Muhammad saw. beserta  keluarga dan para sahabatnya. Dalam bahasa Arab kata shalla atau shalat berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.

Pengertian selawat sebagai berdoa (kepada Allah) untuk sesama dan untuk Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya ini  merujuk pada dua ayat dalam Alquran. Pertama, surat Ataubah ayat 103: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berselawatlah (berdoalah) untuk mereka. Sesungguhnya selawatmu (doamu) itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  Kedua,    surat Alahzab ayat 56:  “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat (berdoa) untuk Nabi (Muhammad saw.). Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah (berdoalah) kamu untuk Nabi  dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .”   

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah selawat adalah perintah Allah dan merupakan sebuah doa kepada-Nya. Oleh karena itu, sebagaimana lazimnya sebuah doa maka  teks bahasa Arabnya diawali Allahuma, yang artinya “Semoga Allah”. Namun dalam kenyataannya kita sering mendengar para pembawa acara, bahkan para ustad dan khotib, saat menyampaikan mukadimah dan menerterjemahan  selawat untuk Nabi Muhammad saw. ini  melesapkan atau menghilangkan frasa Allahuma atau “Semoga Allah”-nya. 

Kita sering mendengar pernyataan seperti ini:  “Selawat dan salam marilah kita sampaikan atau curahkan atau limpahkan, kepada Nabi Muhammad…” (jadi seakan-akan kitalah sebagai manusia yang menyampaikan selawat atau kesejahteraan kepada Nabi Muhammad saw. tersebut). Ada pula pernyataan seperti ini; “Selawat dan salam semoga tercurah atau dicurahkan kepada Nabi Muhammad … (tidak jelas siapa subjeknya yang  mencurahkan selawat tersebut).  Karena selawat merupakan  doa dan bahasa Arabnya diawali oleh Allahuma maka terjemahan yang benar seharusnya: “Semoga selawat dan salam oleh Allah disampaikan atau dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw….”

Kholid A.Harras

Pensyarah pada Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FPBS UPI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun