Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada tanggal 18 Juni 2015 genap berusia delapan tahun atau sewindu. Kabupaten Bandung Barat yang mewarisi sekitar 1,4 juta penduduk dari 42,9% wilayah lamanya, yakni Kabupaten Bandung, dalam memperingati sewindu hari jadinya mengambil tema "Melalui Sewindu KBB Kita Tingkatkan kreativitas dan Inovasi dalam Pemberdayaan dan Pengembangan Potensi Wilayah demi Terwujudnya Bandung Barat cermat".
Untuk sebagian besar orang, boleh jadi tidak ada yang aneh apalagi luar biasa dari bunyi atau redaksi tema di atas. Tapi bagi saya menjadi persoalan, khususnya dalam menangkap arti dan maksudnya. Bagi saya silogisme dari tema tersebut terasa sulit untuk disambungkan, yakni (melalui kegiatan peringatan) “Sewindu KBB” (dengan upaya) “Peningkatan Kreativitas dan Inovasi dalam Pemberdayaan dan Pengembangan Potensi Wilayah” (sehingga hal tersebut bisa menjadikan) “Terwujudnya Bandung Barat Cermat”. Jujur, nalar saya tidak cukup cerdas untuk menghubungkan ketiga premis tersebut dari sudut logika bahasa.
Selain itu, istilah-istilah ‘Peningkatan’, ‘Kreativitas’, ‘Inovasi’, ‘Pemberdayaan’, ‘Pengembangan Potensi Wilayah’ serta ‘Bandung Barat Cermat’, menurut saya merupakan istilah teknis dalam dunia pemerintahan dan penelitian yang memiliki medan semantik cukup abstrak dan meluas. Oleh karena itu, boleh jadi sekiranya istilah-istalh tersebut ditanyakan kepada Mang Uju , petani dari Gunung Halu, atau Bi Ijah, pemecah batu dari Citatah, atau Engko Ahong dari Gadobangkong, mereka akan cukup kebingungan megartikannya. Tapi tentu tidak untuk Bapak Aa Umbara Sutisna (Ketua DPRD KBB) atau Bapak Bupati H.Abubakar serta para pegawai Pemkab KBB (?).
Yang saya ketahui, penyusunan suatu tema atau slogan tentulah tujuannya agar dipahami oleh semua kalangan masyarakat dan bukan hanya dipahami oleh sedikit orang, apalagi hanya oleh para perancangnya saja. Dari suatu tema atau slogan yang dipahami tersebut, selanjutnya diharapkan akan menimbulkan sebuah kesadaran dan partisipasi untuk ikut mewujudkan pesan dari tema atau slogan tersebut. Dengan demikian sudah seharusnya jika suatu tema atau slogan, baik susunan redaksi bahasa maupun istilah yang digunakan, ryang mudah dicerna dan dipahami masyarakat luas. Tidak usahlah menggunakan “bahasa langit” dan abstrak yang membuat kita harus berkerut kening untuk menebak-nebak maksudnya.
Saya sangat apresiatif mencermati tema dan slogan yang diusun oleh TNI saat mereka berulang tahun pada tahun 2014 lalu. Mereka membuat slogan yang menurut saya cukup sederhana dan mudah dipahami, yakni “Bersama Rakyat TNI Kuat. Bersama TNI Rakyat Aman”. Saya yakin tema atau slogan tersebut akan mudah dimengerti oleh Mang Uju , petani dari Gunung Halu, atau Bi Ijah, pemecah batu dari Citatah, atau Engko Ahong dari Gadobangkong, juga oleh para siswa kelas 4 SD sekalipun.
Kholid A. Harras
Blok I-1 No.22 Perum Pondok Padalarang Indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H