Mohon tunggu...
harpin rivai
harpin rivai Mohon Tunggu... -

Pengembara kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Admin Parkir Mangga Dua Square, Sebuah Rumah Tanpa Jiwa

25 September 2013   14:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:25 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13800939141986512278

Admin Parkir Mangga Dua Square, Sebuah Rumah tanpa Jiwa

Berurusan dengan admin parkir langganan Mangga Dua Square, jangan membayangkan sedang berurusan dengan sebuah perusahaan yang profesional, dimana pelanggan akan disambut dengan Senyum, Sapa dan Ramah.

Pengalaman saya, yang memiliki 2 tempat usaha di Mangga Dua Square contohnya:

Senin, 23 September siang aku meninggalkan konter aku di blok C lantai Ground ke kantor langganan parkir di lantai 3 blok A dengan membawa berkas yang diperlukan : fotokopi stnk, kontrak sewa konter.

Tiba di ruangan admin parkir ada tiga petugas wanita. Dua petugas di meja barisan depan, yang satu berjilbab pakaian bebas, yang satu di belakang komputer berseragam warna crem tanpa jilbab. Satu petugas lagi berjilbab di meja belakang.

"Mbak mau bayar parkir bisa?"

"Bisa, mau perpanjang yah?" tanya petugas berbaju bebas.

"Yang baru, mbak."

"Tidak bisa! Terdengar suara lantang dari petugas berjibab di meja belakang."

Dalam pikiranku, melihat posisi mejanya jangan-jangan itu atasan mereka, gawat juga kalau atasannya ngomong ga bisa. Padahal seingatku, seminggu lalu aku sudah ke sini menanyakan pembayaran parkir langganan bila tanggal mepet diakhir bulan bisa tidak? Yang seingatku dijawab wanita di belakang komputer bisa, tapi bayarnya tetap sebulan full plus biaya kartu langganan.

Maka mendekatlah aku ke meja petugas itu, "Emang tidak bisa bayar sekarang yah mbak?"

"Tidak"

"Lha emang bayarnya tiap tanggal berapa?"

"Tanggal satu!"

"Oh, terus batas pembayarannya tanggal berapa?"

"Tidak ada, setip bulan pembayaran dimulai tanggal satu!"

"Jadi sekarang saya bisa bayar?"

"Bisa, tapi nangungg tinggal 5 hari lagi." Katanya acuh.

Kebetulan di mejanya ada kalender meja, aku mengecek bulan September ada berapa hari, ternyata ada 30 hari, karena hari ini tangga 23, jadi masih ada 7 hari ditambah hari ini jadi 8 hari. Jadi kalau bayar hari ini sebesar 75.000 untuk sebulan, saya cuma mendapat jatahparkir 8 hari. Parkir sehari 12.000 dikalikan 8 hari = Rp.96000. Kesimpulannya biar tak dapat parkir sebulan aku masih bisa safety Rp.21000, lumayanlah.

Setelah kakulasi sendiri, saya memperjelas pertanyaan saya dengan mengulangi pertanyaan berapa total yang harus saya bayar.

Petugas itu melihat saya dan menjawab dengan membentak, "Seratus dua puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah!"

Agak tidak terima dengan cara petugas itu melayani tapi saya masih bersabar, "yang lima puluh ribu untuk kartu yah mbak, bisa langsung jadi?" kataku datar saja, meski agak aneh dengan angka ganjil yang ia sebutkan. Setahu aku langganan tiga bulan biasanya Rp.225.000,- artinya sebulan cuma 75.000, kok ini bisa jadi Rp.78.750,- mungkin 3.750 untuk bayar pajak kataku dalam hati.

"Ga bisa bayar langsung tiga bulan mbak?" sambil menyerahkan berkas yang saya bawa.

"Sekarang tidak bisa! Kalau bayarnya awal bulan baru bisa!"

"Oh ..." kataku merasa semua sudah beres.

Namun, tiba-tiba petugas itu menolak melayani aku, karena ternyata struk kontrak yang saya bawa berakhir tanggal 9 September.

"Aduh, mungkin belum dikasih Mbak. Tapi aku kan sudah tiga tahun di situ, sekarang juga masih di situ, kalau tidak percaya telepon aja ke Event Organizernya, kan ada nomor teleponnya?"

"Tidak bisa, banyak yang ngaku-ngaku saja."

"Makanya, kalau mbak tidak percaya telepon aja," kataku. "Atau kalau tidak, data parkir motor yang satu lagi yang pakai alamat kios yang satu lagi kan masih ada, pakai alamat itu saja," kataku sambil mengeluarkan kartu parkir langganan motor yang lain yang masih berlaku.

"Tidak bisa!" katanya keras.

"Lho mbak, surat kontrak atau bayar servis cas kan untuk konfirmasi saja, bukan lampiran. Data-dataku kan masih ada, nomer telepon E-O juga ada, kalau nggak percaya kan bisa telepon untuk konfirmasi?"

"Tidak bisa! Peraturan begitu! Kalau mau bayar parkir langganan harus menunjukkan service cas!"

"Huh, saya sudah tiga tahun di sini mbak, perasaan dulu tidak begitu ribet deh!"

"Sekarang sudah bedah, sekarang sudah Agung Podomoro!" kata yang jilbab di meja belakang lantang, mereka sahut-sahutan menyerang saya.

"Ya, sudalah, kenapa yah senang mempersulit orang?" kataku gontai keluar dari ruangan tersebut.

Aku berjalan cukup jauh ke konterku di bawah, mencari kontrak terbaru untuk melengkapi persyaratan yang mereka minta. Beruntung, ternyata kontrak sewa konter terbaru masih ada, bergegas aku kembali ke lantai 3 kantor admin parkir.

Olala, apa dinyana, sampai di sana lampu ruangan sudah mereka matikan, meskipun komputer masih menyala dan mereka masih di posisinya.

"Ini Mbak, kontrak terbarunya," kataku.

"Sudah tutup, sudah jam 4 jawab yang berjilbab di meja belakang."

"Lho, bukanya pelayanan sampai jam 5?" kataku mengira-ngira.

"Tolong mbak, tadi saya ditolak karena katanya syaratnya tidak lengkap, sekarang saya capek-capek ke bawah membawa syarat yang diminta kalian bilang sudah tutup?!"

Yah, diperlakukan seperti itu emosiku pun terpancing,

"Mbak, saya tidak suka menyulitkan orang lain, tapi kalau mbak mempersulit saya seperti itu, saya juga bisa membuat mbak susah!"

"Tidak usah dilayani!" kata si jilbab di meja belakang menantang karena petugas tak berseragam sudah mau memproses data saya, "kita salah apa?!" katanya lantang.

"Pertama, anda sudah tidak melayani custumer dengan ramah. Dari awal saya ke sini dibentak-bentak anda. Saya ke sini mau bayar mbak, bukan mau minta duit! Lalu saya mengancam akan melaporkan hal itu pada salah satu petinggi di Mangga Dua Square.

Anehnya, mendengar nama salah satu petinggi Mangga Dua Square disebut oleh saya, petugas di belakang meja komputer buru-buru memproses berkas saya. "Katanya tadi belum dikasih tagihanya," alasannya begitu.

Selesai dengan urusan itu, saya berjalan keluar. Saat masuk ke dalam lift, saya bertemu Ko Ayung, bos servis printer di lantai 2.

"Hei," panggilnya karena aku tak menyadari kehadirannya. Spontan aku bercerita habis brantem dengan admin parkir di lantai 3.

Eh, ia menimpali, "memang jahat mereka, saya waktu mau bayar parkir langganan motor juga digituin!"

"Hah!"

Sebenarnya saya tak bermaksud memposting tulisan ini.

Tapi mengingat yang mengalami tak hanya saya sendiri, juga untuk meningkatkan daya saing Mangga Dua Square, rasanya managemen perlu melatih para admin yang berhubungan dengan tenant maupun customer, bagaimana melayani dengan baik. How to service customer. Karena tak hanya fisik mal yang harus terus dipercantik, SDM juga harus diperhatikan. Sehingga bangunan mal megah itu tak menjadi sebuah ruang hampa tanpa jiwa.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun