Mohon tunggu...
Harni Andriani
Harni Andriani Mohon Tunggu... -

saya harni andriani mahasiswa kesehatan masyarakat UHO peminatan promkes.\r\nBy the way Harnie itu orangnya sedikit pemalu, ceplas-ceplos tapi tetap asyik dan nyenangin kok :D\r\nsemoga senang mengenalku :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Musim Kemarau, Produksi Beras Menyusut

12 November 2014   12:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:00 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendari,Unaaha November 2014-Penyerapan beras di Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivise Unaaha  merosot musim kemarau. Jumlah beras yang mampu dibeli dari petani hanya 100-200 ton perbulan.
‘’Berkurangnya penyerapan beras mulai terjadi sejak Juli sampai Oktober ini’’. Kata Manager Unit Bisnis Pengelolaan Gabah dan Beras (UG-PGB) Bulog Subdivise Unaaha.
Pada bulan-bulan sebelumnya jumlah beras yang mampu diserap 600-700 ton per bulan. Berkurangnya pembelian dari petani ini akibat gagal panen di beberapa temapt. Sejak musim kemarau sebagian petani mengalami gagal panen di beberapa tempat. “ Daerah Kecamatan Abuki, ammonggea Kabupaten Konawe merupakan satu satu penyumbang beras terbesar, tetapi sejak kemarau para petani mengalami gagal panen”. Kata Suleman.
Karena kondisi ini, Suleman memastikan target serapan beras sebanyak 8.400 ton tidak mampu dicapai Perum Bulog Subdivise Unaaha tahun ini. Ia memprediksi pembelian beras dari petani di wilayah kerjanya yang meliputi kabupaten konawe dan kabupaten konawe utara hanya 2000 ton-2400 ton.
Musim kemarau yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebabnya. Menurut suleman selain dipicu faktor musim serapan beras berkurang karena petani menjualnya diatas harga pembelian senilai Rp. 6.600 per kilogram.
“Saya dan petani lainnya tidak akan menjual beras kepada Bulog kecuali di pasar’’ kata Marhad seorang petani. Ia mengatakan bahwa para petani merasa rugi jika menjual berasnya kepada Bulog. Pasalnya harga beras di Bulog adalah harga medium yang telah ditetapkan pemerintah lewat UU, sedangkan harga penjualan di pasar lebih tinggi. Ungkapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun