Proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, menjadi impian bagi setiap guru yang mengajar di kelas. Namun kerapkali seorang guru tidak menyadari jika selama ini proses pembelajaran yang dijalani jauh dari kata ”menarik” dan ”menyenangkan”. Hal ini pun disadari oleh penulis yang notane juga seorang guru. Sebagai guru, penulis merasa jika selama ini ada yang salah dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Situasi ini berimbas pada peserta didik yang kurang terstimulus dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Berdasarkan segala hal yang menjadi masalah, hambatan, dan solusi dalam praktik ini, maka penulis merasa penting untuk dibagikan karena bisa menjadi refleksi sekaligus referensi bagi guru lain yang mengalami permasalahan yang sama.
Dari evaluasi yang telah dilakukan, maka didapatkan ada beberapa faktor yang membuat pembelajaran selama ini menjadi tidak menarik dan menyenangkan, yaitu: Guru belum menggunakan media pembelajaran yang menarik. Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilam berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking Skills / HOTS). Guru hanya menggunakan metode ceramah saat pembelajaran dikelas. Guru hanya memberikan materi pembelajaran dalam bentuk lisan saja. Serta kurangnya variasi media belajar yang dihadirkan guru di kelas.
Dari kondisi tersebut, maka penulis melakukan beberapa langkah untuk merubah sistem pembelajaran yang sudah berlangsung selama ini, yaitu: Mendesain pembelajaran dengan menggunakan model, pendekatan, maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan dibutuhkan oleh peserta didik. Mempersiapkan kelengkapan untuk proses pembelajaran, misalnya bahan ajar, LKPD, media pembelajaran/alat peraga, instrumen penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik muatan pembelajaran.
Namun ternyata segala persiapan yang sudah direncanakan tidak serta merta dapat berjalan dengan lancar. Ada banyak tantangan dan hambatan yang ditemui selama proses pembelajaran, antara lain: Peserta didik yang masih kurang aktif ketika proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik yang masih belum terbiasa untuk melakukan presentasi dihadapan teman-temannya. Peserta didik yang belum terbiasa dengan pengerjaan LKPD yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Serta peserta didik kurang percaya diri dalam menampilkan permainan alat musik.
Berdasarkan kondisi diatas, maka penulis melakukan upaya-upaya yang menjadi solusi dari segala permasalahan tersebut, yaitu: (1) Menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL). Model ini dipilih karena sintak-sintak yang diterapkan sesuai dengan materi yang dipelajari yaitu kompetensi keterampilan. Model ini mudah didesain menjadi sebuah pembelajaran yang menarik sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran memainkan alat musik Barat. (2) Pendekatan yang digunakan selama proses pembelajaran adalah Scientific Approach. Pendekatan ini dapat meningkatkan interaksi peserta didik dan guru, serta dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik dalam pembelajaran. (3) Penggunaa media pembelajaran visual lebih menarik. Dalam hal ini penulis menggunakan media slide powerpoint yang gambarnya didesain dari aplikasi Canva. Hal ini bertujuan untuk menjadikan peserta didik lebih termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menunjang segala upaya tersebut, penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran secara komprehensif (berupa RPP, bahan ajar, media pembelajaran, LKPD, dan instrumen penilaian). Disamping itu, penulis juga menyiapkan alat (berupa laptop, LCD proyektor, speaker, dan alat musik yang dibutuhkan), serta sarana prasana meliputi ruang kelas beserta kelengkapannya.
Setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning (PJBL) dengan pendekatan saintifik yang dikolaborasikan dengan penggunaan media pembelajaran berupa gambar yang menarik melalui slide powerpoint, ternyata pembelajaran menjadi sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik kelas XI dalam memainkan alat musik Barat. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan sikap peserta didik yang cenderung lebih aktif bekerjasama dan berdiskusi, dan juga lebih percaya diri dalam menampilkan permainan alat musik yang telah dilatih bersama teman kelompoknya.
Keberhasilan ini mendapat respon langsung dari peserta didik dan teman sejawat. Peserta didik merasa senang dengan proses pembelajaran karena saat pemaparan materi menggunakan gambar yang menarik melalui slide powerpoint dalam pembelajaran yang menurut mereka sangat menarik, serta suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mengasyikkan. Sedangkan menurut rekan sejawat, guru secara keseluruhan sudah dapat melaksanakan pembelajaran dengan sangat baik. Hal tersebut terlihat dari peserta didik yang terlihat bersemangat, antusias, dan terlibat aktif ketika berkolaborasi dalam kelompok.
Dari seluruh proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, penulis berkesimpulan bahwa keberhasilan pembelajaran ini dapat tercapai dari beberapa faktor, yaitu: Bimbingan dosen dan guru pamong. Persiapan proses pembelajaran, meliputi penyiapan perangkat pembelajaran dan sarana prasarana pendukung. Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran. Penguasaan guru terhadap model, pendekatan, dan materi yang digunakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dibuat. Penggunaan media pembelajaran, yaitu slide powerpoint dan penggunaan alat musik yang optimal. Serta dukungan stakeholder terkait.
Demikian tulisan ini dipaparkan. Satu hal yang pasti bahwa menjadi guru yang kreatif dan inovatif harus mampu memilih dan menerapkan model dan pendekatan yang tepat. Hal ini bertujuan untuk membuat peserta didik lebih aktif dan termotivasi dalam belajar, serta sesuai dengan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Demikian tulisan ini dibuat, semoga bermanfaat, terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H