Mohon tunggu...
Harmoni Nurani
Harmoni Nurani Mohon Tunggu... -

simple ...n apa adanya aku adalah aku yang dapat menerima apa adanya orang orang di skitarku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Nayla Kali Ini

3 November 2013   09:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:39 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hy,,,.... apa kabarmu kawan ? ku sempatkan menyapamu lewat maia,, tak apalah meski mungkin sapaanku sudah tak berarti lagi bagimu. Tahukah kawan apa yang menyebabkan kita seperti orang asing saat ini ? Tak ingatkah setahun ke belakang kita begitu dekat seolah tak ingin terpisahkan ? di setiap aktivitas kamu selalu menemaniku dan begitupun aku setiap ada waktu luang ku selalu sempatkan untuk menanyakan kabarmu,begitu indah dan hangatnya setiap sapaanmu ..

Namun kini semua hilang bersama waktu,perlahan namun pasti dan akhirnya tak bisa lagi ku raih tanganmu,kamu semakin jauh...dan jauh...bahkan akhirnya menghilang..., Tapi di hatiku masih menyisakan tanya apa hal yang buat kita seperti ini,,,? Yuphz...mungkin ini hanya pemikiranku saja, memang aku merasakan adanya hal yang tak biasa yang muncul seiring kebersamaan yang kita lalui. 'Witing tresno jalaran soko kulino " hmm...mungkin pepatah itulah yang lebih tepat tuk menggambarkan keadaan kita pada saat itu. Aku tak pernah menyalahkan adanya rasa itu,tapi aku hanya seorang perempuan yang hanya bisa menunggu tak bisa mengungkapkan dan lebih memilih diam,,beda halnya dengan kamu,kamu lelaki yang bisa dengan lantangnya tuk ungkapkan apa yang menjadi rasamu,tak peduli dengan hasil akhir yang di dapat karena itulah jiwa seorang lelaki dewasa. Tapi yang terjadi bukanlah seperti itu....kmu pun sama lebih memilih diam dan menutupi perasaan itu, hingga yang aku tahu kamu adalah sahabatku dan tetap menjadi sahabatku, kecuali jika Tuhan menghendaki lain dan kamu pun bisa merubah takdir itu...tapi ternyata tidak...kamu lebih memilih diam,berlalu dan akhirnya pun pergi menghilang dan hanya menyisakan kenangan yang manis,kenangan yang buat aku merasa nyaman bila bersamamu.

Kamu berhasil dan membuktikan akan pepatah ' Witing tresno jalaran soko kulino"...
.....dan Nayla pun bergegas menutup lembaran buku diary seraya menyelipkan satu foto berukuran dompet yang pernah dia cetak beberapa bulan yang lalu dengan sebuah kado yang terbungkus rapi yang tak sempat dia kirimkan......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun