Mohon tunggu...
Harmen Batubara
Harmen Batubara Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Buku

Suka diskusi tentang Pertahanan, Senang membaca dan menulis tentang kehidupan, saya memelihara blog wilayah perbatasan.com, wilayahpertahanan.com, bukuper batasan .com, harmenbatubara.com, bisnetreseller.com, affiliatebest tools.com; selama aktif saya banyak menghabiskan usia saya di wialayah perbatasan ; berikut buku-buku saya - Penetapan dan Penegasan Batas Negara; Wilayah Perbatasan Tertinggal&Di Terlantarkan; Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan; Mecintai Ujung Negeri Menjaga Kedaulatan Negara ; Strategi Sun Tzu Memanangkan Pilkada; 10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada Dengan Elegan; Papua Kemiskinan Pembiaran & Separatisme; Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI; Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah; Cara Mudah Dapat Uang Dari Clickbank; Rahasia Sukses Penulis Preneur; 7 Cara menulis Yang Disukai Koran; Ketika Semua Jalan Tertutup; Catatan Blogger Seorang Prajurit Perbatasan-Ketika Tugu Batas Digeser; Membangun Halaman Depan Bangsa; Pertahanan Kedaulatan Di Perbatasan-Tapal Batas-Profil Batas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konflik Perbatasan, Penegasan Kembali Kedaulatan

19 Juli 2020   08:02 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:35 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tatanan hubungan bilateral dengan Negara tetangga. Kita harus melihat bahwa hakekat hubungan antar dua Negara di Perbatasannya harus dilihat sebagai interaksi kepentingan Nasional dari kedua negara berupa spectrum MEMBERI dan MENERIMA dari titik ekstrim positif (aliansi) sampai dengan titik ekstrim negative (perang) untuk mencapai suatu posisi yang dapat diterima kedua negara  pihak sesuai pertimbangan kepentingan nasionalnya. Hal inilah sejatinya yang menjadikan kedua Negara yang bertetangga itu masih bisa saling menahan diri atau terpaksa harus perang, meski secara terbatas.

Masalah perbatasan antara India-China memang Rumit. Yang membuat perbatasan India dan China jadi lebih ruwet dan rumit, karena kedua Negara memanfaatkan pengaruhnya kepada Negara-negara yang juga berbatasan dengan mereka untuk jadi pendukungnya. Buthon memihak India, Pakistan memilih China dan Tibet menjadi bagian dari China. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya masalah perbatasan di wilayah itu jadi saling tarik dan menutup jalan menuju kerja sama, karena kepentingan Nasionalnya memang berbeda. Bisa kita pahami hakekat hubungan bilateral adalah FORUM dimana masing-masing negara MENDESAKKAN KEPENTINGAN NASIONALNYA dengan maksud ALIANSI-ALIANSI ADHOC yang secara dinamis berubah sesuai "Permasalahan" yang dibicarakan.

Ditambah lagi. Kedua Negara tidak mempunyai kesepakatan terkait perbatasan. Mereka saling tidak mengakui hak Negara tetangganya. Ketika India masih di jajah oleh Inggeris, pernah melakukan kesepakatan batas dengan Tibet yang dikenal dengan Mc Mahon Line. Tetapi garis batas itu tidak diakui oleh China, karena menurut mereka Tibet sebagai bagian dari China tidak punya hak untuk itu.

Dalam hal batas kedua Negara mengenail Garis Mc Mahon & Garis Kontrol Aktual. Tetapi kedua Negara tidak mengakuinya dan boleh dikatakan, kedua Negara tidak punya pegangan terkait Garis Perbatasan Negaranya. Dalam hal garis batas. mereka hanya punya pegangan sesuai tapsiran mereka masing-masing.  Garis McMahon adalah garis perbatasan antara India Timur Laut dan Tibet yang diusulkan oleh administrator KOLONIAL BRITANIA Henry McMahon (India adalah Negara jajahan Inggeris) dalam Konvensi Simla 1914. Garis ini merupakan perbatasan efektif antara Tiongkok dan India. Garis ini dinamakan sesuai nama Henry McMahon, menteri luar negeri India Britania dan juru runding utama konvensi di Simla. Konvensi tersebut ditandatangani oleh McMahon dan Lonchen Satra atas nama Pemerintah Tibet. Garis ini membentang sepanjang 550 mil (890 km) dari Bhutan di barat hingga 160 mil (260 km) di timur dari tikungan besar Sungai Brahmaputra di sebelah timur, sebagian besar di sepanjang puncak Pegunungan Himalaya. Masalahnya, Konvensi ini tidak diakui oleh China.

Dalam hal perbatasan India-China dikenal juga adanya Garis Kontrol Aktual. Garis Kontrol Aktual (LAC) adalah sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah yang dikuasai India dengan wilayah yang dikuasai oleh Tiongkok di bekas negara Jammu dan Kashmir. Ada dua cara umum di mana istilah "Garis Kontrol Aktual" digunakan. Dalam pengertian sempit, garis ini hanya mengacu pada garis kontrol di sektor barat perbatasan antara kedua negara. Dalam pengertian itu, LAC membentuk batas efektif antara kedua negara, bersamaan dengan Garis McMahon di timur dan bagian kecil yang tidak bersengketa di antaranya. Dalam pengertian yang lebih luas, garis ini dapat digunakan untuk mengacu pada garis kontrol bagian barat dan Garis MacMahon, di mana garis ini merupakan perbatasan efektif antara India dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Tetapi sekali lagi. Tiongkok tidak mengakui Garis Kontrol Aktual yang hampir menyerupai sebagian besar "yang disebut garis McMahon tersebut"

Pemicu Terjadinya Perang Perbatasan.

Ada beberapa alasan yang jadi pemicu konflik perbatasan antara India-China. Namun utamanya, adalah KARENA KEUNGGULAN STARTEGI. Adu strategi Pertahanan di Perbatasan, untuk melumpuhkan atau menghancurkan Negara tetangga. Masing-masing pihak mempunyai strategis untuk mendapatkan keunggulan dan itulah sebenarnya yang jadi Pemicu Utama. Kedua belah pihak saling menyalahkan. Sungai Galwan yang selama ini secara tradisional mengalir secara damai kini berubah menjadi wilayah konflik. Masalahnya? China melihat, di daearh itu, daerah yang paling dekat dengan LAC[1] atau Garis Kontrol Aktual, India membangun jalan baru dari Leh ke Murgo, sepanjang Sungai Shyok menuju Daulet Beg Oldi (DBO), daerah terpencil sepanjang LAC di Ladakh. Tindakan India untuk meningkatkan infrastruktur di wilayah ini tampaknya membuat marah China. Menurut China Wilayah Lembah Galwan adalah wilayah China, dan mereka secara fakta mengontrol wilayah itu sepenuhnya. "Menurut militer China, India telah memaksa mereka masuk ke lembah Galwan. India mengubah STATUS QUO di sepanjang LAC dengan membangun jalan, yang membuat marah China," jelas Dr Long Xingchun, presiden Chengdu Institute of World Affairs (CIWA), kepada BBC. Jalan Baru itu bisa meningkatkan kemampuan India untuk memindahkan pasukan dan materialnya dengan cepat jika terjadi konflik. Gesekan itu juga dipicu oleh India yang secara kontroversial memutuskan untuk mengakhiri otonomi terbatas Jammu dan Kashmir pada Agustus tahun lalu, dan sekaligus India juga membuat ulang peta wilayah itu. Ladakh, nantinya akan dikelola pemerintah federal yang baru, mencakup daerah Aksai Chin, wilayah yang diklaim India tetapi dikendalikan dan diduki oleh China.

Keinginan Saling Melumpuhkan Tetangga

Pemerintah India juga telah mengumumkan niat mereka untuk merebut kembali Kashmir yang dikelola Pakistan. India juga melihat bahwa Jalan raya Karakoram yang strategis melewati area ini, menghubungkan China dengan sekutunya Pakistan. India juga melihat bahwa China telah menginvestasikan sekitar US$60 miliar dalam infrastruktur ke Pakistan, yang disebut Koridor Ekonomi China Pakistan, atau China Pakistan Economic Corridor (CPEC). Proyek itu merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (One Belt One Road, OBR). Jalan raya tersebut merupakan kunci untuk mengangkut barang ke dan dari pelabuhan Gwadar di Pakistan selatan. Pelabuhan itu memberi China pijakan di Laut Arab. Selain itu, China tidak senang ketika India pada awalnya melarang semua ekspor peralatan medis dan sejenisnya lewat perbatasan untuk menopang stoknya segera setelah pandemi virus corona dimulai awal tahun ini.

Dari sisi India, mereka juga melihat China terus membangun infrastrukturnya di sekitar perbatasan. China membangun jalan yang langsung menghubungkan provinsi Xinjiang dengan bagian barat Tibet di wilayah Doklam yang menurut China merupakan bagian dari wilayahnya, bukan milik Bhutan apalagi India. China berpendapat tak ada pelanggaran yang mereka lakukan."Itu adalah fakta yang tak terbantahkan yang didukung oleh bukti historis dan yurisprudensi," kata juru bicara kementerian luar negeri China Lu Kang. Bhutan sendiri berharap China mematuhi kesepakatan bersama dan tetap mempertahankan status quo di wilayah tersebut.

Wilayah yang menjadi pemicu sengketa itu berada di persimpangan antara India, China, dan Bhutan[2]. Wilayah itu sesungguhnya menjadi sengketa antara China dan Bhutan. India hadir atas permintaan Bhutan untuk menghadapi China. Sudah lebih dari 30 tahun sengketa itu berlangsung, tapi hingga saat ini belum ditemukan jalan keluar yang tepat untuk semua pihak. Dan dipercaya tidak akan ditemukan jalan keluar yang bisa menyenagkan para pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun