Dunia tidak pernah nyangka, kalau “anak kolong” itu ternyata menjadi presiden dari Negara adi daya dunia. Anak kolong sungguhan sih bukan, tetapi ayah tiri Obama adalah letnan dua Loro Sutoro, prajuritTNI-AD, korps Topografi. Sebagai seorang prajurit dari korps yang sama, saya sungguh merasa bangga, bahwa seorang “anak” senior bisa jadi orang nomor satu di Dunia. Simbol dari “the American Dreams”, Mau disebut ikut-ikutan numpang nama, terserahlah. Yang jelas, semangat wara Topografi AD ada di dalam pola hidupnya. Ga ada salahnya kan.
[caption id="attachment_74641" align="alignright" width="371" caption="Barack Obama/Admin (wirer.com)"][/caption] Korps Topografi adalah salah satu korps milik TNI-AD yang secara professional menangani persoalan survei dan pemetaan (survey and mapping). Korps inilah yang memberikan informasi terkait kondisi topografi wilayah, berikut seluruh ikutannya (info Ipoleksusbudhan) yang diperlukan oleh TNI-AD dalam menyusun berbagai strategi dan taktis untuk mendukung semua operasinya. Korps Topografi ini, adalah kelanjutan brigade Topografinya Belanda sejak zaman 350 tahun sebelum kemerdekaan. Korps inilah yang memetakan semua SDA, batas wilayah antar Negara jajahan dengan Negara tetangganya. Korps Topografi di AS sendiri adalah “mata ujung tombak” yang menjelma menjadi Defence Map Agency, NIMA dan namanya terus berubah, sesuai kepentingan intelijen AS. Sayang gagasan membuat lembaga sejenis di Indonesia, keburu surut (karena penggagasnya Mayjen Dr.Syarifudin Tippe, bergeser dari Dirjen Strahan Kemhan menjadi Rektor Unhan).
Semua karya sesepuh Corps Topografi masih tertera dengan baik dalam bentuk traktat 1891,1915 dan 1928 antara RI-Malaysia di Kalimantan; Traktat 1850 (RI-Papua Nugini di Papua) dan Traktat 1859,1893 dan 1904 (RI-Timor Leste di Timor). Korps Topografi mempunya tradisi kerjasama yang baik dengan berbagai Negara sahabat seperti Amerika, Australia, Canada, Inggris dan para perwiranya sering saling tukar pelatihan, pendidikandsb. Nah salah satu perwira yang sedang ikut pendidikan itulah yang kemudian mempersunting ibunya sang Presiden.
Sebagai seorang prajurit yang dibesarkan di jajaran TNI, saya paham betul artinya kesederhanaan. Bagaimana seorang prajurit harus bisa menyesuaikan diri dalam semua keterbatasan, bagaimana mematut diri dalam penampilan meski hanya punya seragam satu di badan. Keterbatasan adalah keterbatasan dalam apa saja. Saya yakin, kehidupan seorang prajurit dalam sehariannya, sesungguhnya tidak beda dengan kehidupan para pemulung, tinggal di gedung-gedung besar,tapi di emperannya, tidurnya hanya diatas pelbed, dilengkapi kelambu, ga peduli panasnya malam. Begitu pajar menyingsing, semua kelambu dan tetek bengek dikemas, disimpan dengan rapi dan kembali menekuni tugas mengawal negeri. Mengabdi sebagai prajurit mempunyai kegembiraan tersendiri.
Dalam kondisi seperti itu, prajurit muda itu memboyong seorang bidadari dari dunia maju. Menurut saya, itu adalah suatu kemampuan persuasi yang luar biasa. Bagaimana seorang prajurit “yang di negaranya” sebenarnya sama saja dengan “kere balung”. Bisa dibayangkan bagaimana hebatnya prajurit itu bisa “mematut” diri, sehingga sang bidadari mau dan berkenan mempertaruhkan seluruh hidupnya dengan sang prajurit tersebut. Dan benar saja, ketika mereka tinggal di Jakarta, sang prajurit itupun telah melakukan segala cara agar bisa tetap hidup, termasuk mengizinkan istrinya ikut kerja. Juga termasuk dengan cara “melego”, ya salah satunya melego mesin tik..dan bahkan dalam puncaknya, terpaksa mencari kehidupan yang lebih layak..yakni dengan keluar dari Korps Topografi TNI-AD, ke Pertamina. Namun demikian, selama mereka di lingkungan kehidupan prajurit..meski dengan semua keterbatasannya..tetapi keluarga itu tetap utuh…berbeda dengan ketika keuangannya sudah membaik..malah perceraianlah yang terjadi..keluarga itupun berpisah baik-baik.
Bagaimanapun Obama pernah merasakan sebagai anak “kolong” dan anak kolong TNI-AD, dan hemat saya..dia tidak akan pernah melupakan itu..dan saya percaya justeru semangat anak kolong itulah yang telah memberinya bekal inspirasi atau kekuatan menghadapi kerasnya kehidupan di negeranya…tetapi setidaknya..dia pernah bersama..orang-orang yang tabah, tahan banting, ulet, disiplin , rendah hati dan bersahabat…kalau anda pernah merasakan sebagai anak kolong…anda akan merasakan suasana bathin akan rasa persahabatan..yang terstruktur..semisal bisa menerima ke salahan kawan..hanya karena atasan bilang kita harus menerimanya..dan jangan membesar-besarkannya..
Kini Obama adalah seorang presiden..kita juga sangat gembira dengan pencapaian seperti itu, kita percaya Tuhan memperlihatkan bahwa di duniaNya ini sesungguhnya apa saja bisa terjadi..termasuk menempatkan seorang anak biasa saja, dari kalangan biasa, dan kulit berwarna pula, dan ndilalah pernah jadi “warga” Indonesia, Negara muslim terbesar di Dunia, jadi seorang presiden di Negara adi daya. Selama ini dalam persepsi kita(minimal saya) sangat yakin bahwa sesungguhnya Amerika, meski selalu diyakini warganya sebagai negara impian, tidak pernah bisa melihat dan membayangkan bahwa bekas anak “budak”nya akan menempati posisi sebagai seorang pimpinan, terlebih lagi jadi pimpinan Negara. Tetapi nyatanya, bisa. Alangkah besarnya jiwa Negara adi daya itu. American Dreams itu memang riel.
Saya melihat Negara kita juga, ada semacam kesan tidak akan memperlihatkan “the real” kehidupan sang Presiden ketika ia pernah jadi bagian dari Negara ini. Tetapi cukuplah mencuplik-cuplik beberapa sekuen kehidupan sang presiden dari sisi yang wajar dan manis-manis saja..kehidupan yang sebenarnya itu biarlah alam saja dan presiden adi daya itu sajalah yang tahu… tetapi bagi warga kita yang anti “pola kebijakan standar ganda Amerika selama ini”, setidaknya dapatlah menahan diri..khususnya ketika sang presiden itu berkunjung ke Negara ini..mari kita perlihatkan bahwa kita mampu membedakan antara sang presiden sebagai seorang “human”, seorang manusia, kita sambut dia secara hangat..tetapi sebagai presiden adi daya AS..kita sampaikan agar sudilah melihat Negara-negara islam yang selama ini jadi “mainannya” agar mau melihat dari sisi kemanusiaannya..lihatlah mereka dari kacamata islam sejati..islam yang bersahabat..kalau mau ya seperti kita disini…kita sayangi islamnya tetapi kita juga habisi para terorisnya..dengan cara kita sendiri..
Selamat DatangPresiden..kita pernah jadi saudara…dan harapannya..Indonesia-Amerika pantas menjadikannya momen untuk kebaikan bersama…sebagai ptajurit saya sebenarnya punya impian..agar dalam momen seperti ini..negara memberi kesempatan kepada menhan..atau panglima ..atau kasad untuk menyampaikan salam dan semacam mengingatkan..bahwa Berry Obama juga pernah jadi warga keluarga besar TNI…mana tahu hal-hal semacam itu bisa dikembangkan Kemlu jadi bahan komunikasi diplomasi dalam upaya mempererat persahabatan pertahanan antara kedua Negara… Selamat Datang di Indonesia.
(harmenbatubara.com, wilayahperbatasan.com, wilayahpertahanan.com, kawasanperbatasan.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H