Mohon tunggu...
Harlinton Simanjuntak
Harlinton Simanjuntak Mohon Tunggu... Administrasi - Disciple

Gunung itu tempat terindah merefleksikan keagungan Sang Pencipta. Ayo daki gunung....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Refleksi Keckermann on Philosophy, Theology, and the Problem of Double Truth

17 Oktober 2024   13:51 Diperbarui: 17 Oktober 2024   13:53 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Richard A. Muller membukukan tesis Keckermann -- Vera Philosophia cum sacra Theologia nusquam pugnat -- Filsafat yang benar tidak pernah bertentangan dengan teologi suci dalam judul "Keckermann tentang Filsafat, Teologi, dan Masalah Kebenaran Ganda". Keckermann berpendapat bahwa teologi dan filsafat tidak bertentangan, dilandasi oleh beberapa argumentasi di antaranya: 1) kesatuan kebenaran "the truth of theology and philosophy is but one and simple" baginya sesuatu yang benar di dalam filsafat tidak mungkin salah di dalam teologi; 2) tidak ada kontradiksi di dalam metode "there is no contradiction in form and method between philosophy and theology" keduanya dapat saling menggunakan metode analitis; 3) prioritas pada prinsip "the priority of principle over conclusion, of presupposition over subsequent argumentation" ia menegaskan bahwa prinsip di atas kesimpulan-kesimpulan dengan kata lain jika praanggapan-praanggapan teologi dan filsafat tidak bertentangan maka keduanya dapat bersepakat.

Bagi saya: "Philosophy is of the highest utility and greatest necessity to the study of theology: first, to the positive teaching or precepts of theology; second, to theological disputation or controversy, elenctical theology." Merupakan pernyataan Keckermann yang consensus. Saya setuju dan sependapat dengan Keckermann bahwa filsafat sangat berguna bagi studi teologi. Dalam teologi, iman dan logika selalu terlibat. Karena iman pada awalnya bersifat subjektif, logika diperlukan untuk dapat memberi pengaruh kepada orang lain sehingga setuju dengan kesimpulan teologi menjadi iman yang objektif. Sebab, teologi seharusnya dibangun dan disusun sedemikian rupa agar mempengaruhi orang lain dan diterima sebagai sebuah teologi. Logika bagian dari filsafat berfungsi untuk mensistematisasikan teologi. Pada akhirnya, teologi dapat menjadi iman yang subjektif-objektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun