Mohon tunggu...
Harlina lina
Harlina lina Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 2 Tambun Utara Kab. Bekasi

Saya suka memasak dan belajar untuk meningkatkan kompetensi dan karir saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontradiksi Kenaikan Harga Beras

10 Desember 2023   16:02 Diperbarui: 10 Desember 2023   16:46 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara Indonesia termasuk negara yang menggantungkan makanan pokoknya terhadap beras / nasi, meskipun di Indonesia banyak hasil pertanian  yang mengandung karbohidrat seperti, ketela , ubi jalar, jagung,sagu   kentang dan lainnya namun selain sebagai sumber karbohidrat utama nasi juga dianggap sebagai symbol kemamkmuran  juga keberhasilan ekonomi dalam masyarakat sedangkan mereka yang meNgkonsumsi  ubi jalar, ketela, sagu dan lainya dianggap kurang makmur kehidupannya . Sehingga  kebutuhan beras nasional selalu masuk dalam anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia sebagai upaya untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Kenaikan harga beras mulai dari bulan Agustus 2023  merupakan harga tertinggi selama 5 bulan terakhir . Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) harga beras ditingkat konsumen meningkat  dalam satu tahun terakhir naik sebesar 18,44 % , hal ini tentu membawa dampak yang besar bagi perekonomian masyarakat,kenaikan  harga yang signifikan membawa kenaikan inflasi yang sangat tinggi , Secara umum inflasi beras di bulan September 2023 dibanding bulan sebelumnya meningkat 5,61 % dan merupakan angka inflasi tertiggi untuk 5 tahun terakhir (sejak februari 2028 )sehingga mempengaruhi biaya hidup dan  daya beli masyarakat, dampak ini sangat dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah .

Deputi Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan kenaikan harga beras yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir disebabkan terutama oleh penurunan pasokan beras akibat kemarau berkepanjangan dan juga penurunan produksi akibat efek El Nino dimana tanah menjadi kering, retak -- retak apalagi daerah tadah hujan rebutan air sehinga banyak sawah yang  fuso.

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Profesor Dwi Andreas Santosa, mengatakan El Nino bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan harga beras naik di tingkat konsumen. Berdasarkan survei lembaganya, biaya produksi petani yang meningkat tajam dalam empat tahun terakhir ikut mempengaruhi kenaikan harga beras."Jadi kalau biaya produksi naik relatif tinggi, ya wajar-wajar saja, harga beras di konsumen naik. Kalau harga beras di konsumen mintanya tetap stabil terus, celaka sedulur tani," kata Guru Besar di IPB ini. Harga beras saat ini, menurut Prof Andreas perlu terus dipertahankan agar petani bergairah untuk menanam padi.

"Itu harus kita syukuri. Karena petani saat ini, petani yang menanam padi baru menikmati keuntungan, setelah bertahun-tahun rugi terus," katanya. Dalam beberapa tahun  terakhir, kata Prof Andreas, petani padi mengalami kerugian terus menerus. Hal ini ditemukan dari survei lembaganya di 47 sentra padi.

Kenaikan harga beras mengubah pola pembelian masyarakat terutama yang berpenghasian rendah   lebih  memilih membeli beras dalam jumlah yang lebih kecil, seperti per liter, ketimbang dalam karung besar. Hal ini mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap kondisi harga yang lebih tinggi.Di sisi lain kenaikan harga beras ditingkat konsumen berdampak positif bagi para petani karena kenaikan harga gabah basah ataupun kering memberi keuntungan pada para petani.

Menghadapi situasi seperti ini pemerintah tentu perlu mengambil  langkah -- langkah kebijakan yang tepat untuk menjaga kestabilan harga  dan meminimalkan dampak negatifnya  bagi masyarakat  agar semua pihak tetap tersejahterakan, petani bisa beruntung dari hasil padinya , namun konsumen yang berpendapatan rendah juga dapat tetap bisa membeli beras. Salah satu solusinya tentu dengan mengefektifkan penyaluran pupuk bersibsidi untuk petani  padi sehingga biaya produksi dapat ditekan , dengan biaya produksi yang berkurang petani bisa mendapatkan keuntungan.  sehingga tetap bergairah untuk menanam padi . Dalam hal cuaca pemerintah perlu memikirkan  langkah -- langkah mitigasi dan dukungan  kepada petani untuk menghadapi resiko cuaca ekstrem, pengelolaaan sumber daya air dan diversifikasi tanaman pangan , sehingga resiko akibat cuaca ekstrem yang dirasakan oleh para petani dapat diminimalisir .

Untuk masyarakat yang rentan terhadap kenaikan harga beras pemerintah tentunya masih perlu  menyalurkan beras murah , menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) selama tiga bulan kepada 21,3 juta rumah tangga untuk mengintervensi kenaikan harga beras. situasi tersebut menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian dan pangan Indonesia, dan memerlukan pendekatan yang holistik dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini secara efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun