Mohon tunggu...
Harlina Dwi Rahmasari
Harlina Dwi Rahmasari Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PGMI 2011 "waktu sedetik pun sangat berarti"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PERMAINAN ANAK USIA 2-3 TAHUN

23 Mei 2014   00:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:13 21463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anak usia 2-3 tahun tentunya masih sangat senang bermain. Apalagi ketika orang tua masih sibuk dengan pekerjaannya, seorang anak seringkali diberikan permainan dan dibiarkan anak bermain sendiri. Permainan yang diberikan kepada anak usia 2-3 tahun tentu permainan yang tidak membahayakan, akan tetapipermainan yang dapat menambah pengetahuan anak. Kemampuan dan minat bermain pada anak usia 2 tahun meliputi kemampuan motorik (gerak), kognitif (kemampuan berpikir dan mengamati) dan kemampuan afektif (kemampuan berbahasa dan bersosialisasi). Kemampuan tersebut akan sangat penting karena tidak semua pada usia ini melakukan seluruh kemampuan dan minat yang telah disebutkan tadi.

Kemampuan dan minat anak berkembang karena pengaruh interaksi di lingkungannya. Budaya dan pengalaman individu memberikan pengaruh minat bermainnya. Ketika anak bertambah besar, pengenalan anak mulai meningkat, mlai ingin merencanakan dan mengerjakan sesuatu secara teratur sehingga menjadi lebih menarik dan menantang. Namun, jika terlalu banyak variasi akan menimbulkan rasa bingung atau takut. Yang perlu diingat sebelum memberikan pengalaman baru pada anak adalah kesesuaian dengan kemampuan dan minat anak. Setelah itu kita dapat memilihkan permainan yang tepat untuknya. Semakin anak dewasa, budaya dan ketepatan dalam penyediaan permainan harus disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan anak dan harus mendukung perkembangan potensi anak serta lingkungannya.Berikut ini contoh permainan yang dapat diberikan kepada anak usia 2-3 tahun:

1.Utak-atik Asyik dngan Puzzle

Puzzle adalah permainan klasik. Memang bukan asli dari Indonesia. Pada awalnya puzzle adalah produk impor. Kini mainan ini telah tersedia di berbagai toko mainan, bahkan toko buku. Puzzle ternyata dapat membantu anak belajar memecahkan masalah. Dengan mencoba beberapa cara memasangkan kepingan berupa potongan-potongan gambar balita dilatih untuk berpikir kreatif. Permainan puzzle juga mengasah ketekunan anak, dalam memecahkan masalah, tentunya.

Ketika jemari mungilnya harus memasangkan kepingan tipis yang terbuat dari kayu atau lempeng karton, maka bermain puzzle akan mengasah keterampilan motoric halus. Semakin terampil jari jemari balita, memasangkan kepingan sesuai bentuk tepian, akan semakin mudah dilakukan. Memadukan atau memasangkan kepingan puzzle membntu kesimpulan, memahami logika sebab akibat dan gagasan bahwa objek yang utuh sebenarnya tersusun dari bagian-bagian yang terkecil.

Sebagaimana halnya dengan kemampuan anak menusun menara dari balok, kemampuan anak bermain puzzle pun berkembang secara bertahap. Si dua tahun, misalnya sudah tertarik dngan kegiatan menyusun uzzle dengan hasil akhir figure hewan kesayangannya. Akan tetapi tentu masih berupa puzzle dengan kepingan besar yang terdiri dari 2-3 potong.

Semakin hari keterampilan dan kemampuan pemahamannya semakin berkembang sehingga ia mulai dapat menyelesaikan puzzle yang jumlah kepingannya 4-6. Semakin lama, semakin banyak jumlah kepingannya dan bentuknya semakin kecil dan rumit. Di usia prasekolah perhatian balita terhadap ciri fisik objek (bentuk, warna, tekstur dan lainnya) semakin detail. Jadi, si prasekolah pun semakin piawai saja menyusun kepingan puzzle menjadi sebuah gambar besar utuh yang hasil akhirnya menggambarkan siri detai.

2.Membuat Adonan Plastisin Sendiri

Anak usia dini biasanya sangat senang bermain dan bereksplorasi menggunakan plastisin. Membentuk, mengembangkan imajinasi, bereksplorasi dengan keterampilan motoric halus adalah sekian dari sejuta manfaat bermain plastisin. Selain berguna, bermain plastisin juga aman untuk balita, asalkan ia sudah paham untuk tidak memasukkannya ke dalam mulut.

Berikut langkah-langkah membuat adonan plastisin:

a.Bahan: 1 cangkir (sama dengan 11 gram) tepung terigu, 1 cangkir (236,5 cc) air putih matang, 1 sendok the minyak goring, setengah cangkir (55 gram) garam, pewarna makanan secukupnya, pilih sesuai dengan keinginan balita.

b.Aduk semua bahan kering hingga rata. Tambahkan air dan minyak secara perlahan. Masak di atas kompor dengan panas sedang sabil aduk terus. Saat adonan sudah mendekati bubur kental, lalu angkat.

c.Tambahkan pewarna makanan, aduk rata. Setelah hangat dan kalis, bentuklah bola-bola, dan adonan siap digunakan untuk bermain sambil belajar, terutama keterampilan membentuk.

3.Boneka Tersayang

Boneka memang merupakan mainan sepanjang zaman. Mainan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengasah perkembangan kemampuan imajinasi dan kreativitas anak. Boneka adalah mainan yang dapat mengasah perkembangan emosional anak. Ia bisa memeluk, membelai atau mengajak berbicara bonekanya. Boneka juga dapat memberi dukungan sosial pada anak, misalnya saat ia sedih atau menenangkan ketika sakit.

Bagi balita, boneka itu hidup seperti dirinya. Melalui bonekanya Anda bisa mengajarkannya untuk tidak melakukan kekerasan dengan memintanya tidak mengasari si boneka, misalnya memukul atau melempar bonekanya dengan suatu benda. Selain itu, bermain boneka dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak. Koordinasi motoric halusnya pun terasah saat si anak melepas dan memakaikan baju pada bonekanya.

Ketika balita enggan makan, Anda dapat menggunakan boneka untuk mendorongnya melakukan sesuatu yang lebih baik jika ia lakukan. Anda bisa mengatakan, “tuh Bonbon saja mau makan, masa kam enggak mau?” selain itu, Anda juga dapat mengajak si anak makan bersama bonekanya. Bermain boneka, tugas perkembangan anak tampaknya komplit terasah. Meski begitu, orang tua mesti mencermati boneka yang digunakan. Boneka itu mestilah boneka yang pas untuk anak usia 2-3 tahun yaitu:

a.Boneka manusia atau bayi yang memiliki rambut, mata, kaki, dan tangan dengan jari lengkap.

b.Bahannya ringan dan lembut. Hindari bulu-bulu agar tidak terhirupanak.

c.Besar boneka tidak melebihi besar tubuh anak.

d.Bagian-bagian boneka tidak mudah lepas agar tidak tertelan.

Sumber:

Saraswati, Sylvia. 2009. Aneka permainan Bayi & Anak. Jogjakarta: Katahati.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun