Oleh; Harli Muin
Saya sempat berkunjung ke Museum Fatahillah di Jakarta Pusat. Museum ini menyimpan sejumlah catatan penting dari sisa-sisa cerita Pemerintah Kolonial Belanda.Saya berharap ketika pergi ke Museum ini paling tidak mendapattiga hal penting, yakni: pengetahuan mengenai pendudukan pemerintah kolonial, Informasi penting mengenai jejak sejarah pemerintahan kolonial, dan terakhir mungkin juga sebagai sarana pembelajaran penting apa yang sudah dilakukan bangsa ini pada masa lalu.Akan tetapi ternyata, kepergian saya Museum terkenal itu, sama sekali tidak berbayar, saya tidak melihat dan mendapatkan apa yang saya ingin cari dan peroleh. Karena itu, kecewa diriku.
Museum Fatahillah Diresmikan
Di Museum Fatahillah pemandangan umum lebih sering kita lihat sebagian pintu masuk di duduki oleh pada pedagang kaki lima.Hampir setiap sudut kita melihat pemandangan kaki lima mereka berjualan berbagai jenis makanan, mainan anak-anak,jam tangan, pakaian dan masih banyak lagi.
Di beberapa tempatdari beberapa sudut museum terlihat orang Pacaran. Pemandangan ini tidak sulit kita jumpai bila kita pergi ke Museum Fatahillah. Orang bercerita dan berkumpul di-sana sini dalam satu kelompok, namun ada juga orang yang memilih duduk berpasangan dengan pasangan pacar-nya, berdua -an, sembari se-kali-kiss. Pemandangan terjadi di beberapa tempat selama kunjungan saya ke-sana. Itulah sebabnya kesan museum dari Museum Fatahillah tidak begitu mencolok ketimbang aksi lainnya.
Selain dua pemandangan di atas, kita juga dengan mudah menjumpai pemain sulap di mana-mana pada sudut Museum Fatahillah. Pemain sulap ini memperoleh udang dengan dua cara. Pertama dengan menarik perhatian banyak orang, lalu mereka menjual obat ketika orang berkumpul banyak. Lalu meminta bayaran secara langsung setiap kali tampil kepada pengunjung. Mereka tidak mematok berapa yang harus dibayar, tetapi mereka meminta secara sukarela.
Karena sulap, tempat berkumpul, dan pemandangan kaki lima, maka Museum Fatahillah tidak layak lagi di sebut museum, mungkin layak disebut tempat hiburan saja. Oleh karena itu meminta kepada pemerintah kota untuk menertibkan dan mengatur Museum Fatahillah supaya layak jadi Museum, yang dapat menyediakan informasi, pengetahuan dan edukasi bagi masyarakat Kota Jakarta dan di Indonesia pada umum. Semoga pemerintah memiliki perhatian terhadap Museum bersejarah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H