Mohon tunggu...
Harli Muin
Harli Muin Mohon Tunggu... Pengacara - Pemerhati Sosial

Saya mulai tertarik dengan masalah-masalah sosial, anti korupsi pembangunan, lingkungan hidup dan keamanan masyarakat, ketika saya masih kecil menyaksikan kampung di sulawesi tengah, terpencil, dimana saya lahir dan besar terkena banjir bandang dan saya menyaksikan bagaimana bencana itu menghancurkan semuanya dalam hitungan jam. Kehadiran sejumlah perusahaan HPH dan tambang menambah beban terhadap dampak yang disebabkan atas kemarahan alam itu. Kami kehilangan banyak sekali. Padahal kampung ini sebelumnya damai, tenteram jauh dari hiruk pikuk kota. Pilihan inilah yang kemudian menjadi karier saya dan menulis pesan damai yang berhubungan masalah-masalah tersebut di atas. Semoga kita bisa berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

3 Tahun Mencuri, Beli Toyota Fortuner

18 Januari 2014   18:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Harli Muin

Saya terkejut membaca laporan detik.com tentang sekelompok orang bekerja sebagai pecuri dapat membeli mobil mewah. Tak tanggung-tanggung, mereka membeli mobil Toyota Fortuner. Berbeda dengan pencuri biasanya, pencuri ini terbilang canggih dan unique. Canggih karena menggunakan mobil yang mereka beli dari hasil mencuri, dan unique karena perawakan mereka bukan pencuri. Pencuri perlente begini sangat berbahaya dibandingkan dengan pencuri yang memang mencuri karena miskin. Bukan berarti mencuri dibenarkan.

Bagi saya, para pencuri yang mencuri karena dipaksa oleh keadaan mungkin banyak kita jumpai di Tanah air. Kebanyakan para pencuri macam ini selalu dengan alasan biaya hidup, bayar utang dan atau karena terpaksa tak ada pilihan. Namun apa pun alasannya, orang mencuri adalah melawan hukum, Tapi bagi mereka yang mencuri karena hobi, karena satu pekerja bukan karena terpaksa dan hidup bermewah-mewahan ini yang harus menjadi perhatian Polisi dan para penegak hukum

Kemarin (17/01/2014) Polisi Duren Sawit menangkap para pelaku pencurian dengan berbagai modus yang tak biasa. Mereka dalam beraksi menggunakan mobil mewah yang dibeli dari hasil mencuri, menggunakan pakaian jaz layaknya seorang bos perusahaan, menggunakan safari layaknya seorang abdi Multi Nasional Company dan layaknya seorang pengawal pribadi seorang bos.

Pencuri ini terbentuk dalam satu komplotan dan memiliki kerja sama yang satu dengan lainnya secara rapi. Sebelum mencuri mereka menyelidiki target terlebih dahulu sebelum melakukan aksinya. Itulah sebabnya, pencuri ini kebanyakan menargetkan terhadap rumah-rumah kosong yang tinggalkan pemilik-yang hanya dijaga oleh pembantu rumah tersebut. Sesudah semua informasi lengkap, baru mereka beraksi. Dalam beraksi, pencuri ini selalu mengaku sebagai kerabat pemilik rumah dan atau teman sejawat, dan lainnya.

Meski sasarannya hanya lap top, TV dan barang elektronik serta barang-barang yang nilai jual nya dibawa 100 juta rupiah, tapi hasilnya membuat perampok ini bisa kaya. Kenapa? Karena mereka mencuri paling kurang 2 kali selama satu minggu dan sudah dilakukan selama tugas tahun.

Belum ada informasi yang jelas dari para pencuri ini, kenapa mereka mencuri barang-barang tersebut di atas, namun dari tebakan saya, bahwa mereka meletakkan sasaran barang-barang macam itu, karena tidak susah untuk menjual dan tidak terlalu rumit membawa barang ini kabur. Handphone misalnya, hampir semua Mall di Indonesia menyediakan tempat menjual HP bekas atau biasa ditulis second hand.

Karena pencurian dengan modus ini lebih berbahaya dari pencuri karena kebutuhan, pencuri ini harus dihukum berat lebih berat dari pencuri karena terpaksa. Kenapa, perkerjaan a-moral ini akan memiliki dampak jangka panjang kepada orang lain. Kekhawatirannya, orang-orang membenarkan bahawa pekerjaan mencuri itu salah satu cara untuk mendapatkan uang banyak secara cepat meski tak bermoral. Bagi mereka inilah salah satu cara untuk mendapatkan uang paling besar dan prospek walau-risiko tinggi.

Mungkin juga sudah saatnya mengadopsi wajib pasang CCTV setiap rumah. Caranya adalah dengan mengadopsi protokol CCTV ke dalam building code di tanah air. Saya paham ini mahal, mungkin perlu subsidi dan atau mencari CCTV yang lebih murah. Ini butuh kemauan politik para eksekutif dan para politis di DPR.

Kepada keluarga, hati-hati dalam meninggalkan rumah jauh-jauh. Beritahukanlah ke pembantu untuk jangan menerima sembarang orang> jangan menerima orang-orang yang tidak dikenal dengan baik. Tidak ada orang yang dicuri, kecuali ia lengah, ia pelupa. Akhirnya, berhati-hatilah.@@@@

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun