Mohon tunggu...
Harley Sastha
Harley Sastha Mohon Tunggu... -

Writer, Redaktur Mountmag, Travel Writer, Mountaineer, Backpacker, Petualang ACIDetikcom2010

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat Tambora Mengirim Berita Duka

22 April 2012   02:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13350614481238234617

Saat Tambora Mengirim Berita Duka

Sahabat,

Gununglah yang telah mempertemukan kita

Saat kita bersama mendakinya

Saat kita bahu-membahu menggapai puncaknya

Saat kita susah payah bersama melangkahkan kaki

Saat kita berdendang bersama menyanyikan lagu damai

Sahabat,

Alamlah yang mempertaukan rasa persaudaraan kita

Saat bersama kala hening di hangatnya rimba belantara

Saat bersama kala senyap dalam selimut kabut

Saat bersama kala gelap dalam naungan bintang dan bulan

Saat bersama kala hangat dalam siraman sang mentari

Sahabat,

Kita sama-sama tahu kalau alam itu guru

Kita sama-sama tahu kalau gunung itu guru

Karena disana kita belajar banyak

Karena disana kita dekat dengat masyarakat

Sahabat,

Kita tahu dibalik keangkuhan sosoknya, di gunung itu ada kejujuran

Kita tahu dibalik kegagahan sosoknya, di gunung itu ada kelembutan

Kita tahu dibalik kebesaran sosoknya, di gunung itu ada kesahajaan

Kita tahu dibalik keperkasaan sosoknya, di gunung itu ada kesederhanaan

Sahabat,

Disanalah…digunung itu kita bersama membangun mimpi

Mimpi tentang Indonesia yang bermartabat

Mimpi tentang Nusantara yang sejahtera

Tanpa ada campur tangan mereka yang berteriak seolah membela rakyat

Tanpa ada gegap gempita pesta kemunafikan demokrasi

Sahabat,

Saat dimana kami merindukan sosok pemimpin sepertimu

Itulah saat akhirnya engkau turun gunung

Berada diantara belantara kemunafikan demokrasi

Menghadapi terjangan badai disana

Kami tahu engkau akan kuat…tegar…tegas...tenang

Karena gunung-gunung itu lebih dari cukup mengajarmu

Sahabat,

Kita tahu saat dimana kita kembali untuk mendaki

Bercengkerama dengan daun…angin…hujan dan kabut

Bersenda gurau dengan sungai…bintang…bulan dan mentari

Berkeluh kesah kepada Tuhan untuk bersihkan kembali nurani

Sahabat,

Kasih sayang Tuhan kepadamu lebih dari kami

Dia tidak ingin engkau berada lama diantara riuhnya politik negeri

Dari sana…Gunung Tambora yang perkasa berita duka itu datang

Tuhan telah menjemputmu dalam balutan hangat kabut Tambora

Hari ini ...jelang dua abad letusan dahsyat Tambora…engkau pergi

Pergi dalam pelukan nama besar sang Tambora

Selamat jalan Pak Wid…kami akan selalu merindukanmu

Sebagaimana kami merindukan Soe Hok Gie…Idhan Lubis...Norman Edwin dan Didiek Samsu

Harley B. Sastha

Bogor, 21 April 2012

Sebuah puisi untuk mengenang kepergian Prof. Widjajono Partowidagdo saat mendaki Gunung Tambora, NTB, 21 April 2012. Seorang pendaki gunung sekaligus Wamen ESDM yang sederhana dan bersahaja. Sosok pemimpin teladan yang sulit ditemukan di negeri ini.

[caption id="attachment_176240" align="alignnone" width="640" caption="Widjajono Partowidagdo saat mendaki Puncak Kerinci setinggi 3805 meter pada tahun 1996 (Sumber Foto: vivanews.com)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun