Saat Tambora Mengirim Berita Duka
Sahabat,
Gununglah yang telah mempertemukan kita
Saat kita bersama mendakinya
Saat kita bahu-membahu menggapai puncaknya
Saat kita susah payah bersama melangkahkan kaki
Saat kita berdendang bersama menyanyikan lagu damai
Sahabat,
Alamlah yang mempertaukan rasa persaudaraan kita
Saat bersama kala hening di hangatnya rimba belantara
Saat bersama kala senyap dalam selimut kabut
Saat bersama kala gelap dalam naungan bintang dan bulan
Saat bersama kala hangat dalam siraman sang mentari
Sahabat,
Kita sama-sama tahu kalau alam itu guru
Kita sama-sama tahu kalau gunung itu guru
Karena disana kita belajar banyak
Karena disana kita dekat dengat masyarakat
Sahabat,
Kita tahu dibalik keangkuhan sosoknya, di gunung itu ada kejujuran
Kita tahu dibalik kegagahan sosoknya, di gunung itu ada kelembutan
Kita tahu dibalik kebesaran sosoknya, di gunung itu ada kesahajaan
Kita tahu dibalik keperkasaan sosoknya, di gunung itu ada kesederhanaan
Sahabat,
Disanalah…digunung itu kita bersama membangun mimpi
Mimpi tentang Indonesia yang bermartabat
Mimpi tentang Nusantara yang sejahtera
Tanpa ada campur tangan mereka yang berteriak seolah membela rakyat
Tanpa ada gegap gempita pesta kemunafikan demokrasi
Sahabat,
Saat dimana kami merindukan sosok pemimpin sepertimu
Itulah saat akhirnya engkau turun gunung
Berada diantara belantara kemunafikan demokrasi
Menghadapi terjangan badai disana
Kami tahu engkau akan kuat…tegar…tegas...tenang
Karena gunung-gunung itu lebih dari cukup mengajarmu
Sahabat,
Kita tahu saat dimana kita kembali untuk mendaki
Bercengkerama dengan daun…angin…hujan dan kabut
Bersenda gurau dengan sungai…bintang…bulan dan mentari
Berkeluh kesah kepada Tuhan untuk bersihkan kembali nurani
Sahabat,
Kasih sayang Tuhan kepadamu lebih dari kami
Dia tidak ingin engkau berada lama diantara riuhnya politik negeri
Dari sana…Gunung Tambora yang perkasa berita duka itu datang
Tuhan telah menjemputmu dalam balutan hangat kabut Tambora
Hari ini ...jelang dua abad letusan dahsyat Tambora…engkau pergi
Pergi dalam pelukan nama besar sang Tambora
Selamat jalan Pak Wid…kami akan selalu merindukanmu
Sebagaimana kami merindukan Soe Hok Gie…Idhan Lubis...Norman Edwin dan Didiek Samsu
Harley B. Sastha
Bogor, 21 April 2012
Sebuah puisi untuk mengenang kepergian Prof. Widjajono Partowidagdo saat mendaki Gunung Tambora, NTB, 21 April 2012. Seorang pendaki gunung sekaligus Wamen ESDM yang sederhana dan bersahaja. Sosok pemimpin teladan yang sulit ditemukan di negeri ini.
[caption id="attachment_176240" align="alignnone" width="640" caption="Widjajono Partowidagdo saat mendaki Puncak Kerinci setinggi 3805 meter pada tahun 1996 (Sumber Foto: vivanews.com)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H