Mohon tunggu...
Harjono Ho
Harjono Ho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bersyukur sudah kenal yang namanya baca tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Kala Hujan

4 Januari 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:31 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="331" caption="creativity103.com"][/caption]

Heran ada apa dengan tahun baru. Sudah 2 hari setelah hujan kembang api, sekarang turun hujan deras melulu. Bikin jalanan licin, malas keluar. Beberapa daerah malah kebanjiran. Hujan, apa salah "tahun baru" padamu sampai kau turun terus? tahun baru, apa yang telah kau perbuat pada ‘’hujan’’ sampai dia turun tanpa ampun begini?

Pohon-pohon mungkin tak akan mengerti kesedihanku. Mereka sedang lahapnya menikmati asupan air yang mempermudah masuknya zat hara dalam batang mereka. Kodok pun akan menganggapku gila jika aku bersedih. Hujan adalah pancaran rahmat dari Yang Mahakuasa untuk memberi kelegaan pada kulit kodok yang kering dan memberikan nafas hidup dari oksigen. Bagi 2 makhluk hijau ini, hujan adalah perayaan.

Bagiku, hujan memberi memori menyayat. Aku dan kamu selalu tertawa di saat gerimis. Di bawah naungan atap, cuma bibirku yang bias menyentuhmu. Setelah 3 bulan tanpa hujan, ku tak pernah berjumpa denganmu lagi. Ku rindu di saat bunyi percikan air yang menggema ini, mendekap pada dirimu. Tak tahan lagi untuk bertemu denganmu.

Di saat itu, ketika aku terhantam oleh hujan deras. Payung tak kubawa, dan rintikan hujan serasa seribu paku yang menusuk tengkuk. Walau sudah kering, badan masih terasa ngilu. Ku bertanya pada tetanggamu, namun mereka berkata engkau telah pindah, ke tempat yang tak akan pernah bisa kugapai.

Hidup ini menjadi serasa tawar. Ngilu bagai paku dari tetesan hujan tak kuhiraukan lagi.

Karena itu.. Karena itu.. Aku memutuskan untuk..

...

...

...

...

***

‘’Daeng 1, minta sarabba 2 nya satu!’’

‘’Ok, Non.’’

‘’Mana mi 3itu warung sarabba jalan Dangko?, yang sarabba susunya paling terkenal’

‘’Oh, yang itu.. Sudah pindah mi, Non. Dia tinggal sama anaknya yang sudah menikah di Amerika.’’

‘’Astaga. Daeng harus bikinkan ka’ sarabba yang enak. Hilang mi favoritku. ‘’

‘’Tenang, Non. Saya punya rasa rahasia kayak kafe-kafe. Rasa capucchino.’’

‘’Coba ka pe. Awas kalau tidak enak.’’

***

Ah, enaknya sarabba pertama tahun 2013.

Catatan kaki

1 Daeng = Panggilan untuk seorang pria dewasa (cth. bang atau mas) dalam bahasa daerah Makassar

2 Sarabba = Minuman tradisional Makassar yang terbuat dari campuaran air jahe, kuning telur, gula merah, dan santan.

3 Mi = Partikel untuk menegaskan pernyataan dalam kalimat. Biasa digunakan dalam bahasa daerah asli atau dicampur dengan percakapan bahasa Indonesia sehari-hari di kota Makassar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun