Mohon tunggu...
Harjoko Sangganagara
Harjoko Sangganagara Mohon Tunggu... -

pendidik dan pengamat budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shenzen antara Komunisme dan Liberalisme

4 Agustus 2014   16:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:28 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shenzen pusat pertumbuhan baru di Cina

“Shenzhen, covering an area of 1984.69 square meters, is east to the Daya and Dapeng Bay, west to Pearl River, north to Dongguan and Huizhou and south to Hong Kong. It consists of 6 districts: Luohun, Futian, Nanshan, Yantian,Bao’an and Longgang, of which the last two are not located in the Special Zone.Azalea is the the municipal flower of Shenzhen. In the city there are skyscrapers everywhere. There are fisherman wedding dance when fisherman hold weddings, dragon dance in the 2 nd day of Chinese New Year, dragon boat competition in Dragon Boat Festival” (chinese.com).

Berangkat dari Cengkareng dengan menggunakan pesawat GIA nomor penerbangan GA 860 kelas Y dengan nomor kursi 41 K aku dkk tiba di Hong Kong tanggal 2 Desember 2005 pagi. Dennis Te tour coordinator dari One China Tour yang berkantor di Causeway Bay mengantar keliling HK sehari semalam. Dennis ternyata pandai berbahasa Indonesia karena lahir di Indonesia. Keesokan paginya aku menyebrang dengan menggunakan ferry ke pelabuhan Shekou di Shenzen, China daratan. Harga tiketnya sekitar 150 yuan atau RMB (renmimbi).

Berbeda dengan ferry di tanah air, ferry di HK seperti pesawat terbang pelayanannya. Tertib bersih nyaman dan berkelas. Ada pramugari cantik dengan seragam mirip tentara tampil dengan senyuman. Senyuman adalah sesuatu yang standar dijumpai dalam pelayanan publik di HK atau China. Beda dengan bayangan orang tentang sebuah negara Komunis, para pekerja di sektor publik selalu tersenyum dalam pelayanannya.

Pemandangan di laut sungguh indah. Bayangan HK dan China daratan nampak samar di kejauhan. Kapal-kapal dan ferry bersliweran. Di kejauhan jalan-jalan tol yang menghubungkan HK dan China daratan dipenuhi kendaraan. Ya HK dan Shenzen terhubung dengan banyak moda transportasi, ferry, mobil dan pesawat terbang. Meski HK secara resmi sudah kembali menjadi bagian dari China tapi HK masih seperti sebuah administrasi tersendiri. Keluar dari HK menuju wilayah China daratan harus menunjukkan paspor. Mata uang HK masih dipertahankan dengan HK $ sementara China dengan yuan atau RMB. Penduduk HK hidup dengan standar ekonomi yang lebih tinggi. Ada anekdot, supir di HK bisa punya istri muda di China karena, karena penghasilan mereka yang tinggi. Merupakan kebanggaan perempuan China memiliki suami orang HK atau bahkan... orang Indonesia !

Tiba di Shekou port tengah hari, kami langsung menuju jantung kota Shenzen. Oh mama sayange... aku terperangah melihat pembangunan infrastrukur kota yang jauh meninggalkan kota Jakarta sekalipun. Bangunan-bangunan berlomba menggapai langit biru. Geliat kehidupan ekonomi nampak secara kasat mata dari jendela bus yang kutumpangi. Orang China yang hidup dalam negri tirai bambu selama puluhan tahun tiba-tiba hidup dalam era liberal yang kapitalistik. Mereka hidup seperti di kota metropolitan di seluruh dunia bahkan lebih bebas dari penduduk Jakarta. Anak-anak muda berpacaran dan berciuman di taman-taman kota. Pemerintah China nampaknya membiarkan ada dua sistem di sana : Komunisme dan Liberalisme.

Acara malamku di Shenzen adalah menikmati sebuah teater yang menggelar pertunjukan sendratari spektakuler tentang legenda kepahlawanan China. Pertunjukan dibuat secara kolosal dengan ratusan penari dan property yang canggih seolah-olah kita melihat drama kehidupan yang sesungguhnya. Tata panggungnya begitu hidup, tata cahayanya begitu bagus, tata suaranya menggetarkan sementara musiknya sangat oriental dengan suara perkusi yang dominan sehingga penonton terbawa ke dalam kehidupan China yang sesungguhnya. Para artis China bekerja dengan totalitas dan profesionalitas yang tinggi.Sungguh sebuah pertunjukkan yang mengesankan.

Malam itu Kami menginap di pusat kota. Di depan hotel tempatku menginap ada sebuah adult shop dengan interior yang transparan disorot lampu warna biru. Di dalamnya dijual aneka alat dan produk yang berhubungan dengan urusan orang dewasa. Semua ini nampak jelas terlihat dari luar saat kita berjalan di trotoar. kami pun mengunjungi pasar yang menjadi pusat perbelanjaan dari aneka produk yang diproduksi di Shenzen dan China pada umumnya. Suasanya persis seperti di Mangga Dua atau Tanah Abang atau bahkan seperti di Klewer. Pelayannya gadis-gadis China yang yang cantik. Mereka sangat terkesan dengan orang Indonesia.

Tanggal 5 Desember kami meninggalkan Shenzen. Di pelabuhaan Shekou kami melihat-lihat toko buku di terminal keberangkatan. Buku-buku bergambar model nudis China dijual bebas. Setelah mendapatkan exit permit dari imigrasi RRC, dengan menggunakan ferry bernama Pengjiang kami menuju HK.Memasuki HK ferry langsung terkoneksi dengan bandara HKIA (Hong Kong International Airport). Kami harus membayar tiket CAAC Airport Management and Construction Fee seharga 50 RMB. Di dalam bandara kami berjumpa dengan banyak gadis Indonesia yang akan kembali ke Indonesia dengan pesawat yang sama. Mereka adalah para asisten rumah tangga yang bekerja di HK. Penampilan mereka sangat modis dan wajah mereka ceria. Kuharapkan tidak ada pemerasan saat mereka kembali di tanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun