[caption id="attachment_90124" align="alignleft" width="300" caption="Manusia es (South Tyrol Museum of Archaeology)"][/caption] Masih ingat dengan penemuan manusia es, yang ditemukan 20 tahun yang lalu? Mumi yang paling terkenal di seluruh dunia, yang dijuluki Otzi ini katanya sudah berusia 5.200 tahun, ditemukan secara tidak sengaja oleh pendaki gunung Jerman, pada tahun 1991. Jasadnya ketika ditemukan, masih terjaga dengan baik, utuh dan lengkapdalam kondisi lingkungan yang beku di pegunungan Alpen, Italia. Otzi diyakini telah meninggal pada usia 45 tahun. Saat ini manusia es tersebut disimpan di South Tyrol Archaeology Museum di Bolzano.
Penelitian intensif terhadap Otzi sampai saat ini masih dilakukan. Beberapa bulan lalu, kisah manusia es ini kembali diberitakan, untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 20 tahun, para ilmuwan telah berhasil menuntaskan peta genetik si manusia es ini. Para ahli itu berasal dari tiga lembaga, yaitu Albert Zink, Kepala EURAC Institute for Mummies and the Iceman, Carsten Pusch dari Institute of Human Genetics di University of Tubingen, dan Andreas Keller dari perusahaan Bioteknologi Febit, di Heidelberg. Keberhasilan itu tentu merupakan sebuah capaian prestasi yang luar biasa, bahkan dengan waktu yang relatif singkat. Penemuan tersebut diharpkan akan banyak mengungkap teka-teki seputar Otzi yang selama ini masih kelam. Dengan hasil penelitian ini akan diketahui apakah memang benar telah terjadi mutasi genetik antara manusia yang tinggal di zaman dahulu dengan manusia saat ini. Menurut tim tersebut, penelitian ini masih belum final, kesimpulan dan penyajian data secara lengkap akan dipresentasikan nanti, saat ulang tahun ke-20 penemuan Otzi. Jadi, kita tunggu saja perkembangannya, beberapa bulan lagi.
Berita tersebut, tentu saja menggelitik rasa penasaran saya, berapa umur mumi sesungguhnya dan apa yang menyebabkan kematiannya. Teori-teori Kematian Otzi Sampai saat ini penyebab kematian Otzi masih menjadi perdebatan. Ada beberapa teori, yang berkembang, di antaranya: Konrad Spindler dari Leopold-Franzens Universitas di Innsbruck,yang dia sampaikan pada Forum Eropa di Albach, Austria, April 1993. Menurut Spindler, adatiga rusuk Otzi telah patah sebelum ia menuju ke pegunungan.Lebih lanjut dikatakan, dengan terburu-buru dia meninggalkan rumahnya, seolah-olah melarikan diri dari adanya bencana di desanya (www.newscientist.com). Peter Vanezis, ahli patologi forensik di Universitas Glasgow, dengan menggunakan sinar X dia melakukan penelitian terhadap sample jaringan internal.Menurut Vanezis, kematian Otzi bukanlah disebabkan oleh perkelahian. Otzi dikuburkan dengan hati-hati oleh teman-temannya. Hal ini bisa dimengerti, karena orang tua seumur dia, tidak mungkin berada di gunung-gunung tinggi tanpa sahabat. Paul Gostner, kepala radiology di Bolzano Rumah Sakit Umum di South Tyrol, Italia, menyebutkan bahwa Otzi meninggal karena mengalami pendarahan dan meninggal dalam pelarian. Lebih lanjut, menurut Gostner, bahwa dia menemukan adanya mata panah terpendam pada bahu kiri Otzi. Namun pendapat ini dibantah oleh Spindler, karena pada penelitian terakhir sebelum Otzi dipindahkan ke museum di Bolzano, Spindler dan tim ahli di Universitas Innsbruck di Austria. Dari hasil pemeriksaan dengan sinar-X dan CT scan, tidak diketemukan adanya mata panah. Eduard Egarter, penjaga Otzi di South Tyrol Museum Arkeologi di Bolzano, dengan menggunakan X-ray dan pencitraan mikroskopis, menunjukan bahwa kematian Otzi adalah akibat kekerasan, perkelahian jarak pendek. Pendapat ini pun disanggah oleh Spindler,karena luka-luka di tubuhnya tidak akan menyebabkan kematian pada Otzi. Lebih lanjut Spindler menjelaskan, bahwa ia diserang di tanah asing, melarikan diri dan naik ke Alpen. Tiba-tiba datang hujan salju dan dia mati kedinginan. Prof. James Dicson dari Universitas Glasgow dan koleganya seperti yang dilansir sciencedaily (2/12/2008). Menjelaskan bahwa, ada 6 jenis lumut di dalam perut Otzi. Salah satu lumut yang ditemukan itu merupakan jenis tumbuhan yang tidak enak dimakan. Lebih lanjut Dickson memprediksi Otzi telah menelan lumut saat meminum air di sungai di hari-hari terakhirnya. Kemungkinan lain menurut Dicson, bahwa Otzi tewas karena menelan lumut dari jenis yang berbahaya yang dibawanya yang sebetulnya untukmengobati luka. Menurut saya, paparan yang dikemukakan Spindler dan Dicson sangat menarik. Pendapat kedua orang inilah yang mengarahkan saya pada sebuah hipotesis, bahwa ada sebuah bencana besar yang terjadi saat itu yang menyebabkan dia berlari ke daerah yang lebih tinggi. Lalu bencana apa yang terjadi saat itu, yang dikaitkan dengan umur mumi? Bencana besar tersebut jika dikaitkan dengan kitab Tauratnya Musa, kemungkinan adalah peristiwa banjir besar. Uraian tersebut memberikan gambaran, bahwa ketika peristiwa banjir besar itu terjadi, menyebabkan tertelannya lumut-lumut tersebut, sementara dia berusaha berjuang untuk mengatasi bencana hebat tersebut. Berapa usia mumi? Hal yang mudah untuk membuktikan bisa diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut.Usia mumi harus dihitung ulang secara teliti. Ketika ditemukan pertama kali, usia mumi diperkirakan 5300 tahun. Tetapi belakangan disebut berumur 5000 tahun. Kalau memang benar kematian Otzi adalah akibat peristiwa banjir besar, maka umur mumi yang sebenarnya adalah 4529 tahun. Karena kejadian banjir besar itu sendiri terjadi sekitar tahun 2519 SM. Kaum evolusionis biasanya sangat “alergi” dengan peristiwa banjir besar. Mempercayai peristiwa banjir besar, sudah tentu akan meruntuhkan paham yang selama ini mereka anut. Tidak heran, jika sebelumnya tidak ditemukan mata panah, tetapi setelah 10 tahun kemudian tiba-tiba ada mata panah. Tentu hal yang mengherankan. Terlihat seperti ada upaya-upaya menggiring opini penyebab kematian Otzi. Otzi hanyalah salah satu contoh bukti yang mendukung peristiwa banjir besar. Sebetulnya ada beberapa contoh lainnya yang juga ditemukan di tempat yang sama, seperti: penemuan ribuan fosil-fosil kerang di Mount Everest; penemuan puluhan fosil mastodon dan mammoth di Rocky Mountain, dsb. Peristiwa-peristiwa ini hanya dapat dijelaskan melalui peristiwa air bah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H