Mohon tunggu...
Harjo
Harjo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Harjo, Naturalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Teori Evolusi Layak Dipercaya?

1 Januari 2014   18:46 Diperbarui: 4 April 2017   17:18 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejak Kaki Dinosaurus di Glen Ross, Texas (Sumber: Biologi, Kimball, hlm 761)

Perkenalkan saya, Joni Kurniawan, Mahasiswa Kedokteran UNJA. Ingin bertanya pendapat kk tentang teori evolusi, dimulai dengan seberapa besar keyakinan kk bahwa teori evolusi itu tidak ada dan teori apa yang kk anut sekarang tentang asal usul kehidupan? Dijawab ya kak terima kasih.

Sebuah email saya terima sebulan lalu dari seorang pembaca blog saya di kompasiana. Tetapi baru kali ini saya berkesempatan menjawabnya, karena kesibukan pekerjaan.

Teori evolusi adalah satu-satunya teori yang diterima secara “de jure” di dunia akademik, walaupun secara “de facto” tidak ada fakta-fakta yang membuktikan kebenaran teori tersebut. Apa yang dikemukakan sebagai bukti oleh para evolusionis selama ini hanyalah bersifat:  dugaan; dianggap; mungkin; bisa jadi; dsb.  Perhatikan kata-kata spekulasi yang tercetak miring itu, jika anda hitung di bukunya Charles Darwin, The Origin of Species jumlahnya ada sekitar 700-an. Sebuah dugaan tentu saja tidak bisa dianggap sebagai barang bukti.

Celakanya, cara berpikir spekulasi itu pun diteruskan pada generasi-generasi selanjutnya, setelah Darwin. Silahkan Anda lihat buku buku teks pelajaran Biologi yang diajarkan di berbagai perguruan tinggi, baik yang ditulis oleh John W. Kimball maupun Neil A. Campbell. Demikian juga buku-buku ilmiah populer bertema evolusi yang ditulis oleh Richard Dawkins, Ernst Mayr, dll, banyak mengandung pernyataan-pernyataan spekulasi seperti itu.  Bahkan seringkali apa yang disebutnya sebagai bukti itu hanyalah berdasarkan kesepakatan para ahli evolusi semata. Sebuah kesepakatan, tentu saja tidak bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran. Meskipun yang bersepakat itu memiliki gelar S3 maupun Profesor sekalipun. Masalah kesepakatan ini sangat banyak menghiasi buku-buku yang salah satunya saya sebutkan di atas termasuk juga di jurnal-jurnal ilmiah bertema evolusi. Apakah karena yang bersepakat itu adalah para ahli, sehingga kesepakatan itu dapat dijadikan bukti? Tentu saja tidak!

Jika ditanya, seberapa besar keyakinan saya terhadap teori evolusi? Tentu saja tidak alasan sedikitpun bagi saya untuk mempercayainya. Ketiadaan bukti-bukti evolusi itu, membuat teori evolusi itu bagaikan sebuah kepercayaan saja. Sebuah kepercayaan memang tidak membutuhkan bukti. Sama seperti Agama, tidak butuh bukti, tetapi jika sudah ada bukti, tidak bisa disebut lagi kepercayaan namanya.

Lalu, mengapa teori evolusi itu bisa diterima secara luas. Jawabnya  sederhana saja, bahwa dalam dunia akademik mainstream, tidak boleh ada kata-kata yang mengandung Tuhan, Sang Pencipta. Sehingga dengan dasar itu, mereka mencari dalih dengan berbagai macam teori untuk meniadakan hal tersebut. Kalau perlu dengan melakukan penipuan. Banyak contoh untuk kasus-kasus penipuan ini.

Apakah saya menolak teori evolusi ini karena tidak sesuai dengan Agama yang saya anut? Tidak! Karena tidak dibutuhkan Agama, jika hanya sekedar menolak teori ini. Lagi pula saya tidak mau menghadapkan Agama dengan teori ini. Dalam setiap perdebatan saya hanya mau fokus pada Teori Evolusinya, fokus pada  bukti yang mereka kemukakan. Bukan pada Agama yang saya anut. Sekali lagi bahwa Agama dan keyakinan tidak bisa didiskusikan apalagi diperdebatkan. Memperdebatkan sebuah keyakinan tidak akan pernah selesai dan tidak ada ruang untuk diperdebatkan di dalamnya. Berbeda dengan Teori Evolusi, yang katanya teori ilmiah, sehingga ada ruang debat di dalamnya.

Sekarang mari kita lihat, bukti apa yang mereka punya untuk mendukung teori evolusi itu yang bisa kita perdebatkan. Saya kutip mulai dari buku generiknya yang membahas teori evolusi, dalam buku Biologi jilid 3, seperti yang ditulis oleh John W. Kimball (hlm 759 – 775), ada 8 bukti yaitu:

1.Bukti dari Paleontologi

2.Bukti dari Anatomi Perbandingan

3.Bukti dari Embriologi

4.Bukti dari Biokimia Perbandingan

5.Bukti dari Struktur Kromosom

6.Bukti dari Keserupaan Pelindung

7.Bukti dari Penyebaran Geografik

8.Bukti dari Domestikasi

Untuk menjelaskan itu semua, tentu dibutuhkan penjelasan dan waktu yang tidak sedikit. Mungkin bisa dijadikan satu buku untuk membahas itu semua. Pada kesempatan kali ini, saya akan membatasi diri pada point 1 saja dulu. Jika dibutuhkan penjelasan lebih lanjut, akan saya tulis menyusul.

BUKTI PALEONTOLOGI

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai fosil (Kimball, hlm 760). Menurut T.H. Huxley, “jika evolusi pernah terjadi, maka disitu jejaknya akan ditinggalkan, jikalau evolusi tidak pernah terjadi maka disitu pulalah bantahannya”.  Demikian juga menurut T.H. Morgan dalam Critique of Evolution (hlm 24), “bukti yang ada pada lapisan bumi adalah bukti paling kuat dari teori evolusi”.

Banyak hal yang bisa dibahas dari bukti-bukti yang disodorkan oleh paleontologi ini. Tetapi saya akan mempersempit persoalan paleontologi ini hanya dari buku yang ditulis oleh Kimball (buku teks mahasiswa Biologi dan bukti penelitian terakhir seperti yang ditulis  di Jurnal Current Biology vol 23, Issue 19, 7 Oktober 2013, hlm 1889-1895.

Sekarang mari kita lihat jejak dari bukti yang paling kuat itu. Saya akan mulai dari bukunya Kimball pada halaman 761, khususnya gambar 32-1. Di situ terdapat gambar jejak kaki dinosaurus di batu kapur Glenn Rose, Texas.  Lalu, apa yang salah dengan gambar itu?

Foto yang dibuat oleh Roland T. Bird itu menunjukan bahwa ada jejak kaki dinosaurus yang jumlahnya ratusan bersebelahan dengan jejak kaki dinosaurus bipedal yang berukuran kecil.  Di sinilah para evolusionis itu mau mengelabui.  Pada foto tersebut sangat jelas menunjukan jejak kaki dinosaurus kecil di mana sebelahnya justru adalah jejak kaki manusia yang masih utuh dan jelas bagian-bagiannya. Jejak ini diduga berumur 100.000.000 tahun yang lalu.

Mengapa mereka harus mengelabui? Apa motifnya?

Tentu saja para evolusionis punya kepentingan untuk mengelabui kebenaran fakta itu. Mereka anti kebenaran, sehingga mereka harus membuat cerita baru, bahwa jejak itu bukan jejak kaki manusia, melainkan jejak dinosaurus bipedal lainnya.

Fakta fosil ini tentu akan meruntuhkan fundamental teori evolusi secara keseluruhan. Sebab mindset mereka bahwa dinosaurus ada lebih dulu sebelum proses evolusi menghasilkan manusia. Sehingga tidak mungkin mereka hidup pada jaman yang sama. Fakta inilah yang hendak mereka tutupi. Lengkapnya informasi ini pernah saya tulis di sini: http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/28/apakah-manusia-pernah-hidup-sejaman-dengan-dinosaurus-434274.html

LEDAKAN KAMBRIUM

Kedua, sejauh ini kita tidak pernah menemukan fosil-fosil transisi. Logikanya, jika evolusi benar terjadi maka akan banyak ditemukan bentuk-bentuk transisi yang jumlahnya akan luar biasa banyak.

Tetapi anehnya tidak ada satu pun. Justru yang ditemukan malah sebaliknya. Fosil-fosil yang ditemukan sudah lengkap sempurna. Seolah mereka tiba-tiba ada, dan tidak ada bentuk-bentuk transisi sebelumnya pada lapisan tanah di bawahnya lagi.

Bukti itu sebetulnya sudah cukup, kalau mahluk hidup itu dicipta, bukan melalui proses tahapan evolusi.

Penemuan ini tentu membingungkan para evolusionis. Tetapi fakta ini pun mereka nisbikan pula. Mereka menciptakan teori baru  (lagi) dengan apa yang disebut Ledakan Kambrium (Cambrian explosion). Penjelasan ini dapat dilihat di Buku Biologi, karangan Neil A. Campbell, hlm 75-76. Saya akan menulis secara khusus mengenai ledakan kambrium ini, nanti.

Upaya mereka mendukung teori ledakan kambrium sebagaimana yang dilakukan oleh Michael S.Y. Lee., Julien Soubrier, dan Gregory D. Edgecombe dalam artikel berjudul Rates of Phenotypic and Genomic Evolution during the Cambrian Explosion, pada  Jurnal Current Biology vol 23, Issue 19, 7 Oktober 2013, hlm 1889-1895. Tentu saja tidak mampu untuk meyakinkan kebenaran teori tersebut untuk mendukung teori evolusi. Bagaimana mungkin kita bisa mempercayai apa yang mereka lakukan, ketika parameter yang mereka masukan juga menggunakan mindsetnya para evolusionis.

Sekali lagi, bahwa ledakan kambrium ini justru membuktikan bahwa mahluk hidup itu dicipta. Jejak transisi itu tidak pernah ada dalam catatan fosil. Bukti penting itu tidak pernah ditemukan hingga sekarang.

Lalu teori yang saya anut mengenai asal usul kehidupan?

Tentu saja saya menganut teori kreasionis, penciptaan. Tetapi saya tidak akan membahas masalah penciptaan ini. Karena pembahasan penciptaan adalah domainnya agama. Kepercayaan tidak membutuhkan bukti-bukti. Kalaupun ada bukti-bukti sebagaimana yang saya kemukakan di atas hanyalah pelengkap dari apa yang dipercayai.

Saya percaya Anda sedang membaca tulisan saya, tetapi jika saya melihat dengan mata kepala sendiri, anda sedang membaca tulisan saya, tentu bukan lagi disebut kepercayaan, bukan?

Referensi

Michael S.Y. Lee, Julian Soubrier dan Gregory D. Edgecombe,  Rates of Phenotypuc and Genomic Evolution during the Cambrian Explosion, Current Biology, Vol 23, Issue 19, 7 Oktober 2013, hlm 1889-1895.

Campbell, Neil A., dkk., Biologi, Jilid 2, Edisi 8,Erlangga, Jakarta

Kimball, John W., Biologi Jilid 3, Edisi 5, Penerbit Erlangga,Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun